Pages

Sunday, January 27, 2019

Harlah Muslimat NU, Bendera Parpol dan Santri Pemungut Sampah

Harlah Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) ke-73 baru saja dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (27/1). Ketua panitia Yenny Wahid mengklaim peserta yang hadir lebih dari 100 ribu orang.

Sebagian besar mereka serempak mengenakan seragam batik berwarna hijau plus kerudung hijau. Pemandangan tribun Stadion Utama Gelora Bung Karno sontak berwarna hijau karena peserta Harlah.

"Hari ini Jakarta jadi ijo royo-royo," tutur Yenny saat memberi sambutan yang langsung disambut sorak ratusan ribu peserta Harlah.

Ada beberapa keunikan di balik terselenggaranya Harlah Muslimat NU ke-73 hari ini. Salah satunya, ketiadaan atribut politik di seluruh wilayah stadion Utama GBK.


Sebelumnya, Yenny memang melarang para kader membawa atribut kelompok politik tertentu. Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, memang tidak ada atribut politik yang terpasang di wilayah stadion Utama GBK.

Selain itu, tidak ada pula kader Muslimat NU yang membawa atribut politik seperti spanduk , kaos, poster dan lain sebagainya. Pihak keamanan pun mengklaim sama sekali tidak ada Atribut politik yang disita di pintu masuk.

Tidak Ada Bendera Tauhid

Keunikan lain adalah ketiadaan bendera tauhid di seluruh wilayah stadion utama GBK. Di lokasi, tidak ada peserta Harlah yang mengibarkan bendera tauhid selama rangkaian acara berlangsung. Baik yang berwarna dasar putih atau pun hitam.

Para peserta hanya mengibarkan bendera merah putih dan bendera NU berbagai ukuran. Tidak ada pula kaos atau topi bertuliskan kalimat tauhid yang dipakai peserta Harlah. Sebagian besar peserta Harlah yang hadir memakai pakaian serba hijau.


Pihak panitia sendiri umumnya mengenakan pakaian putih. Anggota Bantuan Ansor Serbaguna (Banser) NU Habibi mengatakan panitia tidak pernah melarang peserta Harlah membawa bendera atau atribut bertuliskan kalimat tauhid. Menurutnya , peserta hanya diberi larangan membawa atribut politik.

"Tidak ada larangan," kata Habibie saat ditemui usai acara.

Menurut Habibi, wajar jika tidak ada atribut bertuliskan kalimat tauhid yang nampak selama rangkaian acara berlangsung. Menurutnya, warga NU memang tidak memiliki tradisi membawa atribut seperti itu di berbagai acara.

"NU kan wawasan nusantara. Islam Nusantara. Jadi enggak ada larangan ya tetap enggak akan bawa juga," ucap Habibi.


Santri Pasukan Semut

Keunikan lain yakni ketika panitia acara mempercayakan tugas membersihkan sampah kepada para santri NU. Santri-santri yang diberi tugas tersebut masih berusia belasan tahun. Ketua panitiaacaraYenny Wahid memang sempat menyinggung mereka saat memberi sambutan.


"Terima kasih kepada santri - santri yang menjadi pasukan semut memungut sampah," ucap Yenny.

Seketika acara usai, para pasukan semut langsung menyebar ke berbagai penjuru stadion utama. Dari mulai tengah lapangan, dekat panggung utama , hingga tribun penonton yang begitu luas.

Mereka bergotong royong mencari sampah dan memasukkannya ke dalam plastik hitam besar. Canda tawa kerap muncul di sela mengerjakan tugas mereka.

Sebenarnya, petugas dinas kebersihan Pemprov DKI Jakarta juga bertugas . Namun, sampah di dalam stadion diserahkan kepada pasukan semut. Pasukan Oranye sendiri membersihkan sampah di luar stadion.

(bmw/agt)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2Rhj23x
January 28, 2019 at 05:46AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Rhj23x
via IFTTT

No comments:

Post a Comment