"[Capres] 01 bahasa sederhana, penyampaian bisa dipahami, itu akan lebih menarik ketimbang bahasa elite yang disampaikan 02," kata analis komunikasi politik dari Telkom University Dedi Kurnia Syah, di Jakarta, Sabtu (30/3).
Dedi mengingatkan mayoritas penduduk Indonesia yang menjadi pemilih merupakan kalangan menengah ke bawah. Sehingga, hal itu yang seharusnya menjadi pertimbangan bagi calon pemimpin ketika hendak berkomunikasi.Menurutnya pula, kemenangan hanya bisa diraih ketika kandidat bisa menyampaikan pesan secara tepat dan mendapatkan kepercayaan kepada masyarakat.
Ia mencontohkannya saat Jokowi secara gamblang menyatakan masyarakat, terutama yang kurang mampu, akan mendapatkan Kartu Kuliah dan Kartu Pra Kerja. Sementara, Prabowo menyatakan akan membangun kemandirian masyarakat dan pemberdayaan ekonomi.
"Publik tidak peduli [proses pembuatan kartu]. Yang mereka tangkap yang penting fisik program itu ada. [Capres] 02 mengatakan program ini sia-sia, tapi jika mereka tidak punya tawaran pembanding maka ingatan publik hanya pada kartu. Yang produksi kartu itu siapa? Jokowi," tuturnya.Dampak dari perbedaan cara berkomunikasi ini terlihat dari hasil survei beberapa waktu lalu ketika Prabowo-Sandiaga mengungguli Jokowi-Maruf di kalangan pemilih berpendidikan tinggi dengan 46,1 persen (Survei Libang Kompas) pada Maret 2019.
Sementara, Jokowi mengungguli Prabowo di pemilih berpendidikan dasar dan menengah dengan angka 57,3 persen dan 48,9 persen. Survei ini dilakukan pada 22 Februari-5 Maret terhadap 2.000 responden secara acak. Margin of error survei ini plus minus 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
[Gambas:Video CNN] (chr/arh)
https://ift.tt/2U4KSWZ
March 31, 2019 at 01:55AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2U4KSWZ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment