Mengutip AFP, Minggu (31/3), PMI China sempat mengalami kontraksi. Bahkan, angkanya tercatat terendah dalam tiga tahun terakhir, yakni 49,2.
Pertumbuhan PMI China diperkirakan ditopang oleh faktor musiman karena pabrik meningkatkan produksinya setelah liburan Tahun Baru Imlek pada Februari lalu.
Beberapa pabrik baja dan pembangkit listrik batu bara juga disebut meningkatkan produksi mereka.
Menurut data resmi statistik China, produksi pabrik melaju pada angka tercepatnya dalam enam bulan pada Maret 2019.
Sayang, kendati produksinya meningkat, kinerja ekspor masih menyusut. Penyusutan ini terjadi dalam 10 bulan terakhir di tengah perlambatan ekonomi global dan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
Diketahui, selama delapan bulan terakhir, Washington dan Beijing telah mengenakan tarif lebih dari US$360 miliar dalam perdagangan barang kedua negara.
Para perunding AS dan China telah mengakhiri pembicaraan perdagangan di Beijing pada akhir pekan lalu. Pembicaraan putaran berikutnya dijadwalkan dilakukan di Washington, AS, pada pekan depan.
Sekadar mengingatkan, China mengumumkan target pertumbuhannya lebih rendah pada tahun ini menjadi hanya 6 persen dari realisasi tahun lalu, yakni sebesar 6,6 persen.
(AFP/bir)
https://ift.tt/2uEYl8E
April 01, 2019 at 10:46AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2uEYl8E
via IFTTT
No comments:
Post a Comment