Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif pada Senin (22/7) mengatakan hal itu menyusul terpilihnya Boris Johnson dalam pemungutan suara internal partai berkuasa Inggris, Partai Konservatif. Boris Johnson diprediksi akan menjadi Perdana Menteri Inggris menggantikan Theresa May.
"Sangat penting dipahami oleh Boris Johnson ketika dia memasuki Downing Street 10 bahwa Iran tidak mencari konfrontasi, bahwa Iran menginginkan hubungan normal atas dasar saling menghormati," kata Zarif dilansir dari AFP.
Sebelumnya Inggris mendesak Iran segera melepaskan tanker milik mereka yang disita di Selat Hormuz pada Jumat lalu.
Penahanan kapal tanker berbendera Inggris itu terjadi dua pekan setelah pemerintah otoritas Inggris menyita sebuah kapal tanker Iran di lepas pantai Gibraltar karena dicurigai membawa minyak ke Suriah.
Zarif menuding langkah Inggris tersebut dipengaruhi oleh Presiden Amerika Serikat Presiden Donald Trump.
"Sudah jelas sejak awal bahwa Inggris melakukan penawaran untuk pemerintahan Trump," kata Zarif.
"Apa yang orang Inggris lakukan dan apa yang dilakukan otoritas Gibraltar di Selat Gibraltar adalah pelanggaran hukum internasional. Itu pembajakan."
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt yang juga penantang Johnson dalam perebutan kuris PM Inggris, mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa London ingin "mengurangi ketegangan" dengan Iran, akan tetapi tidak akan memberi toleransi terhadap penyitaan kapal tanker Grace 1 karena membawa minyak ke Suriah di mana Iran dianggap telah melanggar sanksi yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Zarif menyebut tuduhan tersebut "tidak berdasar" dan menuduh Inggris bertindak "lebih suci daripada Paus" dalam menerapkan aturan-aturan yang "Uni Eropa sendiri tidak akan melakukannya."
"Semua orang mengerti bahwa memulai konflik mungkin mudah, tetapi mengakhiri itu sulit," katanya.
[Gambas:Video CNN] (dea)
https://ift.tt/2M7D1CO
July 23, 2019 at 02:41PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2M7D1CO
via IFTTT
No comments:
Post a Comment