Hasil penelitian mencatat populasi mamot berbulu ini mendiami Pulau Wrangel, Samudra Arktik di antara Laut Chukchi dan Laut Siberia Timur. Kondisi habitat membuat mamot hanya menghabiskan energi yang lebih sedikit.
Sementara mamot Siberia menghabiskan energi untuk membakar cadangan lemak untuk bertahan hidup saat musim dingin ekstrem.
Temuan tulang, gading, dan gigi mengungkap mamot berbulu Pulau Wrangel ini memiliki perbedaan jenis dengan struktur tulang mamot berbulu, gading, dan gigi yang dikumpulkan di Kanada, Alaska, dan Siberia.
Struktur dan komposisi ini mengindikasikan adanya perubahan pola makan, habitat, dan lingkungan yang memengaruhi umur mereka. Hal ini pula yang membuat populasinya bisa bertahan menghadapi perubahan iklim dibandingkan populasi mamot lain.Mengutip CNN, fosil mamot di Pulau Wrangel ini memiliki kandungan sulfat tinggi. Jika mamot lain punah akibat kehilangan habitat dan kekurangan pasokan makanan, kandungan sulfat menunjukkan mamot Wrangel punah akibat meminum air yang telah tercemar.
Disamping itu, cuaca ekstrem berupa hujan dan salju yang melapisi tanah disebut juga membuat kesehatan mamot Wrangel menurun. Para peneliti memperkirakan perubahan cuaca ekstrem membuat mamot kesulitan mencari makan hingga membuat mereka kelaparan.
Manusia disebut juga berperan membuat mamot Wrangel punah. Bukti awal menunjukkan adanya tanda-tanda aktivitas perburuan mamot oleh yang menghuni Pulau Wrangel.Hewan besar yang diperkirakan memiliki tinggi 3,5 meter ini diperkirakan memiliki ukuran yang tak jauh berbeda dengan gajah Asia modern saat ini.
Berakhirnya zaman es menyebabkan seluruh lapisan es di dunia mencair hingga meningkatkan ketinggian air es dan menenggelamkan daratan. Hewan besar ini diperkirakan punah dari daratan Euroasia dan Amerika Utara di akhir zaman es atau sekitar 12 ribu tahun lalu.
[Gambas:Video CNN] (ndn/evn)
https://ift.tt/33qAVDw
October 14, 2019 at 02:03PM from CNN Indonesia https://ift.tt/33qAVDw
via IFTTT
No comments:
Post a Comment