Amien menuturkan revolusi mental yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo tidak jelas. Sebab, ia menilai tidak ada dukungan yang autentik terhadap revolusi mental tersebut.
"Menurut revolusi mental Pak Jokowi itu memang tidak jelas. Tidak ada dukungan autentik," ujar Amien di Jakarta, Jumat (11/1).
Dalam bukunya, Amien menyebut ada lima revolusi mental Jokowi yang tidak jelas, yakni Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesi Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Menanggapi Gerakan Indonesia Melayani, Amien mempertanyakan siapa sebenarnya pihak yang dilayani Jokowi. Ia menduga Indonesia di bawah Jokowi melayani kepentingan luar negeri serta konglomerat asing dan aseng.
Amien juga menyebut Gerakan Indonesia Bersih sepatutnya bukan sekadar diterapkan untuk urusan lingkungan. Membersihkan bangsa dari perilaku koruptif menurutnya jauh lebih penting.
Dia menganggap upaya bersih dari korupsi hanyalah impian di masa kepemimpinan Jokowi. KPK sebagai lembaga super, kata Amien, saat ini berpotensi melakukan obstruction of justice.
Peluncuran buku Hijrah Amien Rais. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko)
|
Terkait dengan Gerakan Indonesia Tertib, Amien menilai tertib hukum tak berjalan di era Jokowi. Ia mencontohkan betapa leluasanya seseorang menjabat sebagai Ketua DPD sekaligus Wakil Ketua MPR.
Amien tak menyebut nama orang yang dimaksud. Namun, ia menilai hal itu bisa terjadi karena orang tersebut menjadi bagian dari kekuasaan.
"Aman, tidak perlu khawatir karena berada dalam ikatan koncoisme dengan puncak pimpinan rezim," tulis Amien.
Sementara untuk Gerakan Indonesia Mandiri, Amien menganggap itu sebatas slogan abal-abal. Dia mendapati Indonesia saat ini terperangkap dalam utang, terutama dari China. Ia menyebut China sudah meminta konsesi wilayah, menguasai pelabuhan, serta leluasa mendikte Indonesia.
Terkahir, Amien menilain Gerakan Indonesia Bersatu jauh dari alam nyata dan membuat rakyat tersakiti. Hal itu, kata dia, terlihat dari tindakan rezim yang berkuasa secara sistematis melakukan politik pecah belah terhadap kekuatan sosial politik keagamaan.
Bahkan, ia menyebut politik pecah belah itu dilakukan terhadap oposisi.
Atas lima contoh revolusi mental itu, Amien mengaku heran Jokowi bersama Maruf Amin kembali mengadopsinya sebagai slogan kampanye di Pilpres 2019.
"Pimpinan rezim tidak menyadari bahwa yang sedang terjadi di Indonesia adalah kegagalan revolusi mental yang tanpa arah dan kosong makna, karena hanya terdiri dari rangkaian slogan yang enak didengar dan sepi pelaksanaan," tulisnya.
Presiden Jokowi saat bersilaturahmi dengan guru. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
|
Revolusi Moral
Amien mengatakan revolusi moral hadir jika Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di Pilpres. Ia meyakini revolusi moral jauh lebih penting dari revolusi mental.
"Revolusi mental ala Jokowi yang tidak jelas maknanya harus segera ditinggalkan. Selamat tinggal revolusi mental! Diganti dengan revolusi moral atau katakanlah pembaharuan persenjataan moral," tulis Amien.
Amien menjelaskan moralitas memungkinkan manusia untuk menentukan baik atau buruknya perilaku. Moralitas, kata dia, juga menentukan sebuah perilaku benar atau salah.
Sementara mental, kata dia, hanya sebuah sikap yang muncul dari jiwa.
"Jadi kalau sikap kejiwaan seseorang itu pemberani, ya maka mentalnya pemberani. Orang malas mentalnya pengemis. Kemudian kalau ada orang yang planga-plongo itu dia punya mental pengikut," ujarnya.
(jps/gil)
http://bit.ly/2FksWzW
January 12, 2019 at 01:28AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2FksWzW
via IFTTT
No comments:
Post a Comment