Para pejabat Ethiopia mulai mengirimkan kantong tanah itu kepada keluarga dari 157 orang yang tewas. Mereka memberikan tanah, bukan bagian tubuh korban sebab masih dibutuhkan proses identifikasi dalam waktu lama.
Mengutip Associated Press, setiap keluarga diberikan sekitar satu kilogram pasir dan tanah yang diambil dari lokasi jatuhnya pesawat.
"Tanah itu diberikan karena tidak mungkin mengidentifikasi mayat dan menyerahkan jasad kepada keluarga. Kami tidak akan berhenti sampai kami diberikan tubuh atau bagian tubuh orang yang kami cintai," ujar seorang anggota keluarga yang enggan disebut namanya.
Tim forensik DNA telah memulai mengidentifikasi sisa-sisa tubuh korban dan diperkirakan baru selesai dalam enam bulan, karena mereka hanya memiliki bagian-bagian kecil tubuh korban.
Meski demikian, pihak berwenang mengatakan mereka akan menerbitkan sertifikat kematian dalam dua minggu. Para korban berasal dari 35 negara.
Upacara peringatan massal direncanakan di Addis Ababa hari ini, satu minggu setelah kecelakaan terjadi.
Keluarga Muslim telah menyalatkan korban dan ingin memiliki sesuatu dari korban sehingga bisa segera dimakamkan.
Menteri Perhubungan Etiopia, Dagmawit Moges, mengatakan Layanan Darurat Interpol dan Blake yang disewa Ethiopian Airlines, akan bekerja sama dengan kepolisian dan layanan kesehatan Etiopia untuk mengidentifikasi korban.
"Persiapan identifikasi telah dilakukan dan kami pastikan investigasi post mortem akan dilakukan sesegera mungkin," tutur Dagmawit Moges.
Dewan Keselamatan Transportasi National Amerika Serikat mengirimkan sekitar 16 anggota guna membantu penyelidikan. Sementara di Paris, para penyelidik mulai mempelajari perekam suara kokpit Ethiopian Airlines. Blackbox itu dikirim ke Paris karena Badan Investigasi Kecelakaan Udara (BEA) Prancis memiliki keahlian menganalisis itu.
Tak hanya itu, para ahli dari Dewan Keselamatan Transportasi Nacional AS dan produsen pesawat AS juga dilibatkan untuk menganalisis.
Jenis pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh sama seperti jenis pesawat Lion Air yang juga jatuh pada 2018.
Tak heran banyak negara seperti Indonesia, Singapura, Kanada, bahkan Amerika Serikat melarang sementara jenis pesawat 737 MAX 8 digunakan.
[Gambas:Video CNN] (chr/agr)
https://ift.tt/2FheA28
March 17, 2019 at 11:33PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2FheA28
via IFTTT
No comments:
Post a Comment