Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang negara Asia juga turut melemah. Pelemahan paling dalam terhadap dolar AS dialami korea Won yang mencapai 0,76 persen dan rupee India sebesar 0,6 persen.
Renminbi China juga turut melemah 0,25 persen terhadap dolar AS, kemudian ringgit Malaysia 0,23 persen, baht Thailand 0,13 persen, dolar Singapura 0,1 persen, dan peso Filipiina 0,06 persen.
Sementara dolar Hong Kong menguat 0,02 persen dan yen Jepang menguat 0,25 persen.
Di sisi lain, sejumlah mata uang negara maju justru menguat terhadap dolar AS. Euro menguat 0,16 persen, pounsterling Inggris menguat 0,08 persen, franc Swiss menguat 0,02 persen, rubel Rusia menguat 0,24 persen. Sementara dolar Australia melemah 0,06 persen.
Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah pada perdagangan hari ini.
Dari sisi eksternal, menurut dia, indeks dolar AS menguat dipicu oleh rilis data laporan lapangan pekerjaan AS yang berada di atas ekspektasi, serta pembicaraan dagang antara China dan AS yang masih berbelit-belit.
"Pembicaraan perdagangan China-AS tidak akan berakhir dalam waktu dekat dan fokus pasar akan melayang ke Eropa minggu ini karena Brexit mendekati tonggak berikutnya pada 12 April," terang dia.
Sementara dari sisi internal, menurut dia, datana cadangan devisa yang meningkat menjadi US$124,54 miliar pada Maret 2019 menahan laju pelemahan rupiah.
Ibrahim pun memperkirakan rupiah pada perdagangan besok akan kembali melemah dan akan ditransaksikan pada level Rp14.115-Rp14.300 per dolar AS. (agi)
http://bit.ly/2KharzJ
April 08, 2019 at 11:49PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2KharzJ
via IFTTT
No comments:
Post a Comment