Pages

Tuesday, April 30, 2019

Cerita Letih Ketua KPPS: Dirawat Inap Hingga Enggan Nonton TV

Jakarta, CNN Indonesia -- Tursina Maya (42), Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 046, Tanjung Priuk, Jakarta Utara menceritakan bagaimana beratnya menjadi petugas di Pemilu 2019 ini. 

Ia harus bekerja selama 24 jam lebih hingga harus sakit dan dirawat inap. Belum lagi tudingan kecurangan yang kerap dilontarkan membuat Tursina trauma menonton berita di televisi.

Tursina merupakan salah satu petugas yang sakit usai melakukan penjagaan dan penghitungan di TPS dekat tempat tinggalnya. Selama empat hari Tursina harus dirawat inap di rumah sakit.

Tursina menceritakan bagaimana tugasnya di hari pencoblosan. Saat itu dia sudah harus di TPS sejak pukul 06.00 WIB. Pemungutan suara sendiri baru dimulai pukul 07.00 WIB. Namun tugasnya baru benar-benar selesai pada Kamis 18 April pukul 06.00 WIB. Artinya dia bekerja selama kurang lebih 24 jam.

Tak hanya menghitung suara, dia juga mengantar kotak suara ke PPK dan mengantri hingga satu-dua jam untuk menyerahkan kotak suara dan semua dokumen penghitungan suara, Di TPS tempatnya bertugas diketahui terdaftar 276 pemilih dengan empat kotak suara, yakni Pilpres dan Pileg.

"Di 2014 ikut andil, itu jam 17.00 WIB sudah selesai. Kemarin sampai subuh, subuh ketemu subuh, saya harus mengantarkan kotak suara dengan aman sampai ke PPK," ujarnya di Ombudsman, Jakarta, Selasa (30/4).

Saat itu ia belum benar-benar merasakan sakit. Dia mulai merasakan sakit di hari ketiga setelah pencoblosan. Saat itu dia sudah tidak kuat lagi berdiri dan membuka matanya.

Tursina pun meminta suaminya mengantar ke rumah sakit dan langsung menuju Unit gawat Darurat (UGD).

"Ke UGD langsung, begitu ditensi 180/110 dan di situ muntah, mual, banyak pikiran, asam lambung naik," ujarnya.

Kelelahan, Ketua KPPS Tanjung Priok Tolak Pemilu UlangTestimoni Tursina Maya atas penyelenggaraan Pemilu 2019. (CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor).

Tekanan yang Begitu Tinggi

Tursina mengakui beban pikiran dan psikologis yang ditanggung sangat berat. Saat penghitungan suara, dia merasakan tekanan yang begitu tinggi ketika menentukan sah atau tidaknya surat suara. Mengingat, penghitungan suara disaksikan langsung saksi-saksi dari para peserta pemilu yang hadir di TPS.

"(Beban psikologis) Pas penghitungan yang pressure itu menentukan sah atau tidak sahnya," tuturnya.

Karena itu, Tursina pun berharap tidak ada pemungutan suara ulang. Dia mengaku sudah tidak sanggup jika harus bertugas jika pemilu ulang dilakukan.

"Kita sebagai KPPS menjalankan tugas dengan baik berharap tidak ada pemilu ulang, karena sudah capek banget kita. Ke depannya mudah-mudahan seperti 2014, (pemilu) dipisah ya," tuturnya.

Selain soal pemilu ulang, Tursina juga sedih dengan maraknya isu kecurangan Pemilu 2019 yang dihembuskan sejumlah pihak. Dia merasa rasa letihnya selama bertugas tidak dihargai sama sekali atas berhembusnya isu dugaan kecurangan tersebut.

Karenanya, selama masa pemulihan hingga hari ini dia memilih menutup akses informasi maupun pemberitaan untuk menghindari stres yang berlebihan.

"Kita sudah capek kerja, masih dibilang curang. 2019 ini luar biasa banget isu-isu itu, makanya saya jarang nonton TV, sudah santai saja enggak mau pusing. Yang penting saya sudah jalankan tugas, TPS saya aman, bagus semua," ujar Tursina.

[Gambas:Video CNN] (gst/osc)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2V4X7DE
May 01, 2019 at 03:21AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2V4X7DE
via IFTTT

No comments:

Post a Comment