Mengutip Antara, harga minyak berjangka Brent hanya naik tipis 0,6 persen ke level US$63,39 per barel. Sementara, harga minyak WTI tak bergerak dari perdagangan sebelumnya di level US$58,43 per barel.
Padahal, harga minyak pada Rabu (4/12) sempat melonjak lebih dari 3 persen. Tercatat, harga minyak Brent menguat 3,6 persen dan WTI 4,2 persen.
Diketahui, OPEC melakukan pertemuan untuk membahas kepastian rencana pengurangan produksi minyak tahun depan pada Kamis (5/12) di Wina. Kemudian OPEC bersama sekutunya atau OPEC+ berencana berdiskusi terkait hal yang sama pada Jumat (6/12). OPEC+ merekomendasikan untuk mengurangi produksi lebih banyak sebesar 500 ribu per hari (bph) pada kuartal I tahun depan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Energi Rusia Alexander Novak.
Sebelumnya OPEC+ memang sepakat mengurangi pasokan demi menstabilkan harga. Kesepakatan pemangkasan sebanyak 1,2 juta barel per hari ini akan berakhir pada Maret 2020 mendatang.
"Kami sudah menunggu info apa yang akan diumumkan (oleh OPEC+). Ini menjadi penyebab harga minyak naik dan turun," ucap Analis Price Futures Group Phil Flynn, dikutip Jumat (6/12).
Di sisi lain, Arab Saudi berharap harga minyak yang lebih tinggi bisa membuat harga saham dalam penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering/IPO) Saudi Aramco lebih tinggi lagi.
"Menjadi semakin jelas bahwa Arab Saudi bersedia menunggu setidaknya sampai IPO Saudi Aramco memperoleh valuasi yang lebih besar dan menguntungkan," kata Presiden Perusahaan Penasihat Perdagangan Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch.
[Gambas:Video CNN] (aud/agt)
https://ift.tt/2RqEtmq
December 06, 2019 at 02:11PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2RqEtmq
via IFTTT
No comments:
Post a Comment