Tsunami Selat Sunda ini membuat dua wilayah terkena bencana dan menelan ratusan korban jiwa. Rangkaian kejadian ini membuat Tanah Air membutuhkan teknologi deteksi tsunami. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) Hammam Riza memaparkan teknologi deteksi tsunami yang dibutuhkan Indonesia.
Pertama, Buoy. Hammam menjelaskan keberadaan BUOY dinilai penting untuk mengirimkan sinyal terkini ketika ada gelombang tinggi di tengah laut yang diduga berpotensi menjadi tsunami muncul.
Hal inilah yang dapat menjadi dasar untuk mewaspadai serta mendukung kesiapsiagaan bencana. Adanya langkah mitigasi ujarnya, sangat penting bagi masyarakat atau penduduk yang bermukim di wilayah yang rentan terhadap terpaan bencana.
"Masyarakat di wilayah berpotensi bencana, khususnya tsunami harus memiliki waktu evakuasi yang cukup. Untuk itu dibutuhkan teknologi yang mampu mendeteksi dini atau early warning system, baik untuk tsunami maupun bencana lainnya," kata Hammam.
Deteksi Tsunami Bawah Laut
Kedua, Cable Based Tsunameter atau CBT. Hammam menjelaskan BBPT menawarkan teknologi lainnya yang memungkinkan untuk melengkapi keberadaan Buoy yakni Cable Based Tsunameter atau CBT.
"Teknologi CBT itu sebenarnya sudah digunakan oleh negara Jepang. Di sana sudah berjalan dan mampu mendeteksi tsunami dengan baik juga," ujarnya.
"Sifat keduanya adalah saling melengkapi, sehingga hasil deteksi dini yang menjadi parameternya, menjadi semakin presisi dan akurat," paparnya.
Terkait pembangunan CBT ini pun Hammam menggagas bahwa sistem CBT dapat menjadi program nasional, seiring adanya program sistem komunikasi kabel laut broadband network Palapa Ring, yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
"Jadi CBT ini merupakan kabel bawah laut yang dilengkapi sensor untuk mengukur perubahan tekanan dalam laut yang ekstrem, yang mengindikasikan tsunami. Sensor lalu akan mengirimkan data melalui satelit kepada pusat penerima data," jelasnya.
CBT Lebih Mahal dari Bouy
Hammam juga menyatakan kalau proses pembuatan fasilitas CBT, menghabiskan biaya yang lebih mahal dari pembuatan BUOY.
"Jika dibandingkan dari biaya, pembuatan Buoy bisa menghabiskan miliaran, CBT mencapai triliunan. Dari aspek perawatannya CBT lebih murah, Bouy akan lebih mahal. Dari waktu pembangunan, Buoy lebih cepat bisa hitungan bulan, CBT akan lebih lama bisa tahunan. Ini hitung-hitungan kalau buat baru ya," rincinya.
Cara kerja Buoy. (CNN Indonesia/Timothy Loen)
|
http://bit.ly/2BR8hiX
December 27, 2018 at 03:20AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2BR8hiX
via IFTTT
No comments:
Post a Comment