Pages

Monday, December 17, 2018

Mimpi Sederhana Legenda Bulutangkis Wanita Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Legenda bulutangkis Indonesia Tati Sumirah menceritakan keluh kesah sekaligus mimpinya setelah pensiun. Berikut petikan wawancara CNNIndonesia.com bersama Tati Sumirah.

Tati Sumirah bersama lima pebulutangkis lainnya sukses mempersembahkan Piala Uber untuk pertama kalinya bagi Indonesia usai menundukkan Jepang dengan skor 5-2.

Setelah pensiun, Tati cukup lama menghabiskan waktu sebagai kasir di sebuah apotek sebelum akhirnya Rudi Hartono memberikan pekerjaan di perusahaan Oli Top 1.

Wanita berusia 66 tahun itu mendapat penghargaan atlet wanita Indonesia berprestasi dari Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (PERWOSI) di Auditorium Mutiara Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Senin (17/12).

Tati Sumira pernah bekerja sebagai kasir apotek selama 20 tahun.Tati Sumira pernah bekerja sebagai kasir apotek selama 20 tahun. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama)
Mantan tunggal putri Indonesia itu tetap semangat menghadiri acara tersebut meski kakinya sudah mulai kesulitan untuk berjalan.

Berikut ini petikan wawancara dengan Tati di Auditorium PTIK:

Kesibukan Bu Tati sekarang apa?

Kegiatan saya sehari-hari saat ini lebih banyak mengurus rumah, beres-beres sambil mengurus ibu yang sedang sakit. Tinggal di daerah Buaran [Jakarta Timur] sejak 1980 bersama.

Tanggapan tentang penghargaan PERWOSI?

Saya senang. Memang dulu tidak seperti sekarang. Yang penting dulu kami bisa menang dan mengumandangkan Indonesia Raya, itu saja. Soalnya, lagu Indonesia Raya itu hanya dua kali dikumandangkan yaitu ketika atlet berprestasi dan penyambutan Presiden.

Apakah dulu sering dapat bonus?

Tidak ada, sponsor juga tidak ada. Saya terima apa adanya saja.

Kegiatan setelah pensiun dari dunia atlet?

Setelah pensiun dari bulutangkis, saya kerja di apotek karena yang punya senang bulutangkis. Saya kerja di sana selama 20 tahun sebagai kasir, setelah itu saya keluar karena ingin cari pekerjaan yang baru di tempat Rudi Hartono. Di tempat Rudi Hartono saya kerja selama sembilan tahun, pada 2016 saya pensiun [bekerja].

Selama ini ada perhatian apa saja dari pemerintah atas prestasi bulutangkis dulu?

Tahun kemarin dapat hadiah uang dari Kemenpora sebesar Rp40 juta dipotong pajak. Tapi dulu zaman Adhyaksa Dault [mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia], memang atlet-atlet dapat rumah. Para atlet mendapat uang untuk beli rumah. Misalnya dapat Rp10 ribu, nah uang itu digunakan untuk beli rumah dan [modal] usaha.

Tapi saya tetap senang saja, alhamdulillah. Saya tidak neko-neko, terima apa adanya. Saya selama kerja di apotek 20 tahun, tidak mengontak teman [atlet bulutangkis] karena pemalu kondisi saya agak susah. Setelah pindah ke tempat Rudi Hartono, ya alhamdulillah gajinya lumayan [lebih tinggi] dari yang sebelumnya.

Bagaimana prestasi bulutangkis Indonesia saat ini dengan sebelumnya?

Sebetulnya sama dengan zaman dulu, tergantung diri masing-masing. Sekarang bagus, tapi kalau bertanding itu ada juga yang namanya keberuntungan.

Ada atlet bulutangkis favorit saat ini?

Tidak, tidak ada. Saya terus terang saja, pebulutangkis perempuan yang pertama kali smash jumping itu saya. Lalu belakangan Liem Swie King.
Saya sekarang tahu ada yang baru juara namanya Jojo [Jonatan Christie, tunggal putra Indonesia]. Kemarin ada yang cerita, dia kan dapat iklan banyak tapi pertandingan di luar kalah terus. Malu tidak? Kan tidak enak [dilihat orang] begitu. Semua pemain tergantung orangnya. Saya kalau disorakin bukan makin takut tapi makin saya ledek orang, saya bermain tidak pernah takut.

Pertandingan paling berkesan?

Uber Cup pada 1975. Saya terkesan dengan persaingan di sana dan sorakan ketika bertanding di sana. Ketika Asian Games di Tehran [1974] juga.

Indonesia sudah lama sekali tidak juara Piala Uber, ada saran?
Sederhana saja sih, harus cari keberuntungan dan ambil strategi yang baik.

Saat ini kondisi kesehatan Anda bagaimana?

Kaki yang tidak kuat. Memang selain itu ada darah tinggi.

Masih bisa naik vespa?

Tidak, sudah dijual. Kaki sudah tidak kuat, dulu hobi naik motor vespa.

Ada pesan untuk atlet bulutangkis sekarang?

Latihan yang rajin, tapi semua tergantung diri sendiri. Semangatnya. Itu saja.

Harapan untuk pemerintah?

Saya berharap ada uang pensiun untuk atlet. Kalau sekarang atlet sudah keenakan, pendapatan banyak dan pekerjaan enak. Kalau kami bagaimana? Pensiun saja deh, berapapun saya terima.

Ada atlet yang sudah tidak bekerja, akhirnya rumah sendiri dikontrakkan. Itu saja harapan saya dan akan terima apa adanya. Maka dari itu saya tidak ingin sakit karena masih harus bantu orang tua apalagi saya anak pertama dari enam bersaudara. (map/jun)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2SUyFPQ
December 18, 2018 at 04:00AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SUyFPQ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment