Sepanjang semester I/2018, realisasi okupansi hotel secara nasional telah mencapai 54,75 persen. Angka ini naik dari realisasi Januari sampai Juni 2017 yang ditarget sebesar 53,36 persen.
"Jadi, saat Natal dan Tahun Baru, biasanya okupansi hotel naik 10 persen dari rata-rata bulanan. Untuk tahun ini, diharapkan bisa sampai 65 persen secara nasional," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (26/12).
Arief mengatakan pihaknya optimistis okupansi pada perayaan akhir tahun bisa tembus di angka 90-100 persen, khususnya di hotel-totel kawasan destinasi wisata populer seperti Bali, Bandung, Sumatra Utara, Makassar, dan Belitung.
Hal senada juga diungkap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulawesi Utara, Johnny Lieke. Dia menyebut industri perhotelan di Manado terus mengalami pertumbuhan positif dengan maraknya Meeting Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).
Status ini mempengaruhi bisnis perhotelan yang menunjukkan angka yang positif.
"Perayaan Natal dan Tahun Baru dapat meningkatkan okupansi hotel nasional hingga 10 persen dari rata-rata bulanan. Bahkan, okupansi hotel di Indonesia ditarget mencapai 65 persen saat liburan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019," ujarnya, Selasa (25/12).
Sementara itu berdasarkan statistik akomodasi Kementerian Pariwisata yang diolah Lokadata Beritagar.id, terlihat tingkat hunian hotel berbintang relatif tinggi sejak Agustus lalu. Umumnya, peningkatan okupansi terjadi pada musim liburan. Paling tinggi terjadi pada bulan Desember.
Untuk Sulawesi Utara, sejak 2015 sudah masuk dalam lima besar provinsi dengan persentase tingkat hunian hotel berbintang tertinggi. Bahkan, pada 2017, tingkat okupansinya mencapai 76,3%. (egp/stu)
http://bit.ly/2Q06U6s
December 27, 2018 at 02:42AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Q06U6s
via IFTTT
No comments:
Post a Comment