Sejauh ini, Jacques mengatakan para ahli sebenarnya telah memperingatkan potensi letusan gunung Anak Krakatau.
"Waktu antara sebab dan akibat meletusnya gunung Anak Krakatau hanya terjadi beberapa menit, terlalu singkat untuk memberi peringatan pada penduduk saat datangnya tsunami," kata Jacques soal tsunami yang terjadi Sabtu malam lalu.
Sementara itu, ilmuwan Richard Teuuw dari Portsmouthh University, Inggiris memeringatkan adanya tsunami lanjutan jika melihat pada peningkatan aktivitas gunung Anak Krakatau yang makan memicu longsor di bawah permukaan air laut."Kemungkinan tsunami lebih lanjut di Selat Sunda akan tetap tinggi karena gunung Anak Krakatau sedang memasuki fase aktif saat ini," ujar Teuuw, mengutip AFP.
Teuuw mengingatkan saat ini dibutuhkan survei sonar untuk memetakan dasar laut di sekitar gunung berapi. Namun, ia mengatakan proses pemasangan survei sonar membutuhkan waktu pemasangan hingga berbulan-bulan.
Lebih lanjut, Teuuw juga meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan karena status gunung berapi sedang tidak stabil.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual serta instrumen Badan Geologi Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Kementerian ESDM hingga Kamis (27/12) pukul 05.00 WIB mencatat status Gunung Anak Krakatau meningkat menjadi level III atau siaga terhitung sejak pukul 06.00 WIB.Atas dasar ini, masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendekati area Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer dari kawah. Masyarakat juga diimbau untuk mengenakan masker dan kaca mata saat beraktivitas di luar rumah ketika turun hujan abu. (AFP/evn)
http://bit.ly/2AhBljz
December 28, 2018 at 12:16AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2AhBljz
via IFTTT
No comments:
Post a Comment