"Ini dilakukan untuk mengenang gampong kelahiran kami yang sudah hilang karena tsunami dan sudah kami tinggalkan sejak beberapa tahun lalu," kata seorang warga Zulfikar di Arongan Lambalek, seperti dikutip dari Antara, Rabu (26/12).
Kegiatan doa dan bermalam tersebut dilakukan untuk mengenang 14 tahun gempa dan tsunami Aceh. Warga juga mendirikan dapur umum sebagai petanda perkampungan itu masih ada.
Hampir semua penduduk Gampong Pante Mutia tersebut, saat ini telah direlokasi ke Gampong Seneubok Tengoh, Kecamatan Arongan Lambalek. Namun, mereka mengaku masih belum bisa meninggalkan sepenuhnya kampung kelahiran mereka itu.
"Setiap tahun kami buat kemah di sini, semua warga Gampong Pante Mutia datang berkumpul dan tinggal di sini selama satu hari satu malam, khususnya pada setiap hari peringatan tsunami," jelasnya.
Dengan cara tersebut, mereka bernostalgia dengan keluarga yang masih hidup. Mereka juga menceritakan kembali peristiwa tsunami kepada anak cucu mereka.
"Ada 88 kepala keluarga yang tinggal di sini dan kegiatan ini sudah menjadi tradisi dari tahun ke tahun. meski saat ini tinggal di area perkampungan orang, kami tetap mengingat kampung kami sendiri," imbuh Zulfikar.
Saat ini, wilayah bekas permukiman itu telah dimanfaatkan warga sebagai area pertanian. (Antara/agi)
http://bit.ly/2EPcibq
December 27, 2018 at 07:35AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2EPcibq
via IFTTT
No comments:
Post a Comment