Menurut dia, pelemahan rupiah tidak sebanding harga tiket pesawat domestik. "Dari 2016 sampai 2018 kurs kita sudah melemah sekitar 170 persen. Sedangkan maskapai penerbangan dari April 2016 tidak ada kenaikan," tutur Akshara dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (13/1).
Padahal, beberapa harga komponen pokok dari penerbangan meroket. Misalnya, harga bahan bakar (avtur) yang sudah naik 165 persen sejak 2016 lalu. Belum lagi, pajak pertambahan nilai (PPN) yang ditanggung penerbangan domestik.
Faktor-faktor itulah yang menyebabkan harga tiket pesawat domestik menjadi mahal ketimbang penerbangan internasional.
"Di dalam negeri, kita kena PPN, di luar tidak. Selain itu, suplai di domestik hanya delapan maskapai penerbangan terjadwal, kalau luar negeri kan banyak. Ini yang membuat perbedaan harga," ujarnya.
Akshara menyebut faktor-faktor itu menggerus pendapatan bersih maskapai. Saat ini, mereka hanya bisa mengantongi pendapatan bersih 1-2 persen. Padahal, seharusnya, maskapai internasional bisa mengantongi hingga 3 persen.
Sebelumnya, publik digegerkan dengan kenaikan harga tiket penerbangan domestik. Harga tiket meroket hingga mencapai 100 persen.
Namun, setelah desakan masyarakat, 34 maskapai penerbangan yang tergabung dalam INACA memutuskan untuk menurunkan harga.
"Yang pasti (penurunan harga tiket domestik) di atas 20 sampai 60 persen. Kalau kita bisa sampaikan, kita bisa kembali ke harga normal di tahun 2018," ucapnya.
(dhf/bir)
http://bit.ly/2Ro1EiH
January 14, 2019 at 12:23AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Ro1EiH
via IFTTT
No comments:
Post a Comment