Pages

Sunday, January 13, 2019

Oleh-oleh 'Melting Pot' ala Jakarta

Jakarta, CNN Indonesia -- Raikh sama sekali tidak kepikiran oleh-oleh saat bertandang ke Jakarta. Wisatawan asal Kalimantan Tengah ini mengaku hanya mengantar anak binaannya untuk mengikuti kompetisi dangdut. Ia agak bingung ketika ditanya soal oleh-oleh apa yang terbayang di benaknya saat mengunjungi ibukota.

"Kalau makanan enggak kepikiran. Paling mau beli baju (gambar) Monas sama gantungan kunci," kata dia kepada CNNIndonesia.com di sela kunjungannya di Museum Kesejarahan, Jakarta, pada Kamis (10/1).

Hal yang sama juga diungkapkan Maryanto, wisatawan asal Semarang.

Ditemui saat kunjungannya ke Monumen Nasional (Monas), terlintas di benaknya untuk membeli kaos dengan ikon Jakarta atau gantungan kunci. Ia sama sekali tak memiliki gambaran oleh-oleh seperti apa yang pas ia bawa sebagai cenderamata khas Jakarta.

Bahkan Dela, saudara Maryanto yang berdomisili di Jakarta mengamini.

"Saya rasa Jakarta tidak punya makanan kering khas (sehingga tak bisa dijadikan oleh-oleh)," katanya.

Masing-masing lokasi wisata tampaknya memiliki suvenir sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang ada di sana. Ini pula yang dilakukan Museum Wayang. Tampak Trisha Dubrock, wisatawan asal Amerika Serikat membeli empat buah wayang kulit setelah tur keliling museum.

Menurut Kasatpel Museum Wayang, Sumardi, masing-masing wilayah di Indonesia memang memiliki kekhasan soal oleh-oleh. Namun untuk Jakarta, ia merasa justru oleh-oleh yang hadir di sini berasal dari berbagai macam daerah.

Ibarat melting pot alis tempat bertemunya segara keragaman suku dan budaya, oleh-oleh di Jakarta juga mencerminkan keragaman budaya di Indonesia.

Masing-masing lokasi wisata, lanjut dia, menjual suvenir sendiri-sendiri dan memperlihatkan identitas lokasinya.

Misal Museum Wayang menyediakan suvenir berbau wayang sebagai oleh-oleh. Wayang sendiri tidak mencerminkan Jakarta tetapi mencerminkan identitas museum dan budaya Indonesia secara luas. Pihaknya banyak memasok suvenir dari Yogyakarta dan Jakarta.

Suasana Pasar Tasik di Tanah Abang. (CNN Indonesia/Safir Makki)

"Pengunjung melihat koleksi lalu mereka penasaran ingin memiliki. Secara signifikan mereka banyak berminat pada bolpoin wayang, gantungan kunci, untuk yang barang kecil. Kalau yang besar ada miniatur pengantin, wayang kulit dan ondel-ondel," kata Sumardi saat mengawasi kegiatan perawatan museum.

Museum Sejarah Jakarta pun demikian. Toko suvenir pun menyediakan barang-barang beruansa Jakarta dan khususnya museum. Menurut Ketua Koperasi Museum Kesejarahan Jakarta, Ahmad Huseini al-Alexs, tak semua suvenir bernuansa Jakarta. Dari seluruh koleksi toko ada sekitar 500 jenis barang bernuansa Jakarta atau sekitar 50-60 persen dari total keseluruhan.

"Suvenir dipasok dari pengrajin Jakarta, ya mereka buat sesuai dengan museumnya. (Kami) ingin memberdayakan pengrajin Jakarta. Tapi ada pula yang dari Dekranasda (Dewan Kerjadinan Nasional)," katanya.

Keberagaman suvenir tak hanya soal wujudnya yang merupakan cermin keberagaman budaya Indonesia tetapi juga asal pengrajin dan bahannnya. Rinto, pedagang suvenir di kawasan Lenggang Jakarta dekat Monas mengaku tak hanya mendatangkan suvenir dari pengrajin Jakarta tetapi juga Bali dengan tas rotannya serta kerajinan kayu dari Jawa Tengah.

Ia berkata pengrajin Jakarta biasanya memasok suvenir berbahan resin, besi atau alumunium.

"Yang dari besi itu ada miniatur becak, vespa. Kita menjalin kerjasama sama pengrajin sendiri (dari Jakarta)," imbuhnya.

Saling dukung

Keberadaan toko oleh-oleh sangat mendukung keberlangsungan tempat wisata. Museum Wayang menyediakan suvenir bernuansa wayang untuk mendukung museum sekaligus memenuhi kebutuhan wisatawan akan kenang-kenangan kunjungan.

Sumardi menuturkan dari hasil penjualan suvenir, pihaknya hanya mengambil 20 persen dan 80 persen lainnya untuk pemasok.

Di sisi lain, Yuda Agnes, manager teknis Handicraft, toko suvenir di area TMII menganggap penyediaan benda suvenir dengan harga terjangkau juga mampu menyenangkan wisatawan.

Menurutnya tak semua datang dengan budget fantastis terlebih kalangan pelajar.

"Kita bayangkan mereka sudah ke sini membawa uang saku misal untuk makan minum, kemudian harapannya sisanya untuk dibelikan suvenir," kata Yuda saat ditemui di kantornya pada Jumat (11/1).

Di Handicraft menyediakan suvenir termurah dengan harga sekitar Rp2.500 berupa ikat rambut dengan nuansa TMII. Ada pula tas serat kayu, tas dari batok kelapa, gantungan kunci, wadah tisu, teko, hiasan meja dari resin dan kayu.

"Wisatawan rata-rata menginginkan suvenir dengan merk TMII misal kaos bertuliskan TMII, tas," imbuhnya.

Penjualan suvenir dengan harga miring pun dilakoni Rinto.

Demi merangkul pembeli dari berbagai kalangan termasuk pelajar, ia menjual dagangannya mulai dari harga Rp3.000 untuk gantungan kunci hingga harga Rp180ribu untuk tas rotan.

"Omzet kotor sebulan bisa Rp70juta. Saat libur sekolah bisa dua kali lipat," katanya.

(els/ard)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2RH5S4h
January 14, 2019 at 04:00AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2RH5S4h
via IFTTT

No comments:

Post a Comment