Melalui akun Twitter-nya @BPPTKG mengatakan bahwa guguran awan panas terjadi pukul 08.16 WIB. Namun demikian, asap solfatara dan guguran tak terpantau secara visual lantaran cuaca berkabut dan mendung.
Berdasarkan periode pengamatan pada hari sebelumnya, Sabtu (16/3), pukul 00.00 hingga 24.00 WIB, BPPTKG mencatat ada 16 kali gempa guguran, satu kali gempa hembusan, dua kali gempa frekuensi rendah, dan satu kali gempa tektonik.
Tingkat aktivitas Gunung Merapi pun dicatat pada level 2 (waspada). Status ini diberikan sejak 21 Mei 2018.
Pada pengamatan visual, asap kawah Merapi tidak teramati. Angin di gunung itu bertiup lemah hingga sedang ke arah timur laut dan timur dengan suhu udara 15-20.8 derajat celsius, kelembaban udara 63-92 perseb, dan tekanan udara 837.2-945.5 mmHg.
Hingga saat ini BPPTKG tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sehubungan dengan kejadian guguran awan panas guguran dengan jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur Kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG atau ke kantor BPPTKG.
(bir)
https://ift.tt/2UE0jS9
March 17, 2019 at 06:52PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2UE0jS9
via IFTTT
No comments:
Post a Comment