Seperti dilansir AFP, Minggu (31/3), kekhawatiran itu disampaikan oleh pasukan Kurdi yang menjaga para anggota ISIS yang menyerah. Mereka menampung sekitar 9000 pengikut ISIS, termasuk dari Indonesia, di kamp pengungsian Al-Hol yang sebagian di antaranya masih yakin kelompok mereka belum kalah.
Perselisihan juga terjadi di antara para pengikut ISIS, terutama warga asing. Sebab, tidak seluruhnya berpandangan ekstrem.
"Mental kami tidak sama. Mereka (ekstremis) hendak memaksakan visi Islam versi mereka. Mereka anggap kami kafir," kata seorang pengikut ISIS asal Guyana, Vanessa.
Vanessa memilih meninggalkan tanah kelahirannya sejak memeluk Islam pada 2013. Dia pergi ke Suriah bersama suami dan anaknya.
Menurut Vanessa, beberapa perempuan pengikut ISIS dari Tunisia dan Rusia masih memeluk keyakinan Islam garis keras mereka.
"Saya takut sama orang-orang ini. Cuma sekedar bicara ke penjaga atau minta izin ke pasar bisa membuat kami kafir di mata mereka," kata seorang perempuan simpatisan ISIS asal Belgia.
Jika hal itu terjadi, menurut Vanessa para anggota ISIS garis keras ini tidak segan melukai dan mengambil harta benda sesamanya.
Seorang pejabat Kurdi, Abdel Karm Omar, sudah meminta supaya negara-negara yang warganya menjadi pengikut ISIS segera memulangkan. Sebab mereka juga mengaku kewalahan.
"Para perempuan dan anak-anak harus dididik dan dipulangkan ke negara asal mereka. Kalau tidak, mereka bisa menjadi bakal teroris di masa depan," kata Omar. (ayp)
https://ift.tt/2U5D1Zt
April 01, 2019 at 02:57AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2U5D1Zt
via IFTTT
No comments:
Post a Comment