Lambat laun, sekitar lima tahun setelah itu, penyakit kulit itu mulai menyerang sendi. Jalan jadi pincang, telunjuk membengkak.
"Awalnya saya ke dokter kulit, tapi kok makin lama jalan pincang dan telunjuk saya bengkak. Ada nyeri juga di sendi kaki dan setiap bangun tidur lemas," kata Rio saat bercerita mengenai penyakitnya dalam temu media yang diselenggarakan Novartis beberapa waktu lalu.
Ria sempat menduga bahwa dia mengalami asam urat dan kolesterol yang tak sembuh-sembuh. Namun, setelah melakukan pemeriksaan, diagnosis medis menyebut Rio mengidap psoriasis arthritis (PsA) atau radang sendi psoriasis.
Penyakit ini membuat respons imun yang abnormal menyerang sendi sehingga mengakibatkan peradangan pada persendian serta kelebihan produksi sel kulit.
PsA membuat Rio merasakan nyeri hebat pada persendiannya. Penyakit ini belum dapat disembuhkan, tapi perkembangannya dapat dihambat.
"Pada kondisi yang parah, PsA ini bisa membuat kulit mengerut karena menghancurkan sendi dari dalam," kata spesialis reumatologi, dr Rudy Hidayat.
Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global Report on Psoriasis 2016, sekitar 34,7 persen penderita psoriasis mengalami radang sendi kronis yang mengarah pada deformasi sendi dan kecacatan. Umumnya PsA menyerang remaja dan dewasa muda.
Rudy menjelaskan, hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti radang sendi psoriasis. Namun, penyakit ini dipicu oleh faktor risiko berupa genetik atau keturunan dan sistem kekebalan tubuh. Kecenderungan penderita PsA memiliki gen HLA-B27 positif.
Selain itu, faktor lingkungan seperti trauma fisik, infeksi virus dan bakteri, merokok dapat memicu PsA pada seseorang yang rentan secara genetik.
Rudy menyebut, radang sendi psoriasis ini ditandai dengan gejala berupa pembengkakan dan rasa sakit pada persendian, terutama sendi perifer, dan kelainan kulit. Umumnya, bagian sendi yang meradang akan terasa hangat.
Gejala umum lainnya adalah pembengkakan pada jari tangan dan kaki, seperti yang dialami Rio pada jari telunjuknya, nyeri pada tendon kaki, dan punggung bagian bawah.
"Harus dilakukan tata laksana secepat mungkin setelah mengalami gejala untuk menghambat PsA menghancurkan sendi dan membuat kulit mengerut serta menghindar dari kecacatan," ucap Rudy.
Jika tak ditangani segera, PsA dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sendi, seperti dapat mematahkan tulang kecil di tangan dan menyebabkan cacat permanen. PsA juga dapat menimbulkan penyakit kardiovaskular dan gangguan mata.
Rudy menyebut, penderita PsA dapat menjalani beberapa metode pengobatan seperti terapi panas dan dingin, injeksi steroid, obat anti-inflamasi, obat anti-reumatik, pengobatan biologik, dan penggantian sendi.
[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)
https://ift.tt/2V9UFrc
April 01, 2019 at 03:14PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2V9UFrc
via IFTTT
No comments:
Post a Comment