Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai saham Bank Mandiri dan Bank Permata bisa dikoleksi dalam sepekan ini. Pasalnya, rencana akuisisi tersebut akan menggerakkan saham keduanya.
Berdasarkan info yang ia terima, Bank Mandiri mengajukan harga saham untuk mengakuisisi Bank Permata sebesar Rp1.115-Rp1.200 per saham. Angka itu lebih mahal dari harga pasar yang pada Jumat (29/3) kemarin berada di level Rp990 per saham.
"Bank Mandiri dan Morgan Stanley telah merampungkan kajian rencana akuisisi Bank Permata," ujar Sukarno kepada CNNIndonesia.com, Senin (1/4).
Informasi tersebut memang sudah mencuat sejak beberapa waktu terakhir. Deputi Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Gatot Trihargo mengatakan telah memberikan persetujuan kepada Bank Mandiri.
"Terkait dengan langkah akuisisi dan sejenisnya dari bank disetujui sepanjang meningkatkan return on equity (ROE) dan kapasitas usaha juga meningkatkan value of the firm (nilai) perusahaan," papar Gatot.
Namun, ia enggan membeberkan sejauh mana proses yang sudah ditempuh oleh Bank Mandiri. Gatot juga tak memberikan kepastian bahwa benar Bank Mandiri sudah mengajukan harga pembelian saham Bank Permata.
"Saya belum mendengar info terbaru soal usulan harganya," ucap dia.
CNNIndonesia.com mencoba melakukan konfirmasi kepada Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas, tapi tidak ada respons dari keduanya.
Kendati demikian, Sukarno berpendapat berita rencana akuisisi ini direspons positif oleh pelaku pasar. Pasalnya, Bank Mandiri dinilai sebagai perusahaan potensial yang bisa membuat kinerja Bank Permata lebih baik.
"Bank Mandiri sebagai pembeli potensial juga telah menyiapkan dana besar," tutur Sukarno.
Dalam pernyataan Kartika pada Januari 2019 lalu, pihaknya memang berencana mengakuisisi perbankan yang fokus pada penyaluran kredit segmen kelas menengah alias small medium enterprise (SME) tahun ini. Untuk merealisasikan itu, perusahaan telah menyiapkan dana hingga Rp30 triliun.
Dana itu berasal dari modal inti perusahaan. Kebetulan, modal inti Bank Mandiri saat ini berlebihan sampai 20 persen.
Menurut Sukarno, keuntungan yang diraih Bank Mandiri bisa didapat dalam jangka pendek setelah proses akuisisi rampung. Ini artinya, perusahaan tak butuh waktu lama dalam melakukan konsolidasi pasca mengakuisisi Bank Permata.
Ia meramalkan harga saham Bank Mandiri dalam sepekan ini mengarah ke level Rp7.500 per saham, naik 0,67 persen dari posisi terakhirnya di level Rp7.450 per saham. Sementara, kenaikan saham Bank Permata akan lebih signifikan, yakni 5,55 persen dari Rp990 per saham ke level Rp1.045 per saham.
Sependapat, Analis FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menuturkan lampu hijau yang diberikan Kementerian BUMN mengenai rencana akuisisi Bank Permata oleh Bank Mandiri semakin menggairahkan harga saham keduanya. Namun, pelaku pasar memang masih menanti perkembangan selanjutnya.
Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika
|
"Kementerian BUMN sudah setuju, tapi diserahkan ke Bank Mandiri. Nanti tinggal lihat dari Bank Mandiri seperti apa. Isunya semakin kuat," terang Wisnu.
Ia berpendapat harga yang ditawarkan Bank Mandiri untuk mengakuisisi saham Bank Permata masih dalam batas wajar meski di atas harga pasar. Apalagi, kinerja Bank Permata juga sudah membaik pada 2018.
Mengutip laporan keuangan Bank Pertama, laba perusahaan tumbuh 20,41 persen sepanjang tahun lalu. Walhasil, Bank Permata mengantongi keuntungan sebesar Rp901,25 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp748,43 miliar.
"Setelah akuisisi Bank Permata, market share Bank Mandiri nanti ikut naik, nasabah bertambah, dan penyaluran kredit naik," ucap Wisnu.
Saat ini, mayoritas saham Bank Permata digenggam oleh PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank dengan porsi masing-masing sebesar 44,56 persen. Sisanya sebesar 10,88 persen dimiliki oleh publik.
Merujuk pada isu yang berhembus selama ini, manajemen Standard Chartered Bank disebut-sebut berniat melepas kepemilikan sahamnya di Bank Permata. Hal ini lantaran kinerja Bank Permata sempat memburuk pada 2015 dan 2016 lalu.
Berdasarkan rinciannya, laba bersih perusahaan terjun bebas hingga 84 persen pada 2015 menjadi Rp247 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,58 triliun. Lalu pada 2016, kinerja perusahaan bukan membaik tapi justru mencatatkan kerugian sebesar Rp6,48 triliun. (aud/lav)
https://ift.tt/2OzBnt1
April 01, 2019 at 04:17PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2OzBnt1
via IFTTT
No comments:
Post a Comment