Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan emiten yang merilis laporan keuangan sepanjang 2018 baru 25 persen dari total perusahaan yang mencapai 558 di BEI. Dengan kata lain, masih ada 418 emiten yang belum merilis kinerjanya.
"Jadi angka tadi hanya untuk emiten yang sudah melaporkan sampai 29 Maret 2019 ya, bulan ini terakhir sampai 31 Maret 2019," ungkap Nyoman, Jumat (31/3).
Peningkatan laba bersih yang diraup ratusan emiten tadi ditopang oleh pendapatan yang juga tumbuh sebesar 12 persen dari Rp1.725 triliun pada 2017 menjadi Rp 1.965 triliun tahun lalu. Kondisi ini juga beriringan dengan kenaikan aset dan ekuitas perusahaan.
Nyoman merinci total aset 140 emiten itu lebih tinggi 9 persen menjadi Rp7.416 triliun dari Rp6.793 triliun. Sementara, ekuitasnya terkerek 8 persen dari Rp1.821 triliun menjadi Rp1.974 triliun.
Dalam hal ini, sektor pertambangan memimpin pertumbuhan laba tertinggi yang mencapai 23 persen dibandingkan sektor lainnya yang di bawah 20 persen. Kenaikan laba bersih diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 17 persen.
"Lalu kalau untuk agrikultur turun 61 persen. Itu karena harga minyak sawit turun 15 persen sepanjang 2018," ucap dia.
Penurunan laba bersih juga terjadi pada sektor infrastruktur sebesar 33 persen dan industri dasar 8 persen. Sisanya, seperti sektor properti, barang dan konsumsi, keuangan, dan properti diklaim stabil.
"Stabil ini maksudnya tidak mengalami perubahan signifikan lah," pungkasnya. (aud/lav)
https://ift.tt/2JMKho6
March 30, 2019 at 11:40PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2JMKho6
via IFTTT
No comments:
Post a Comment