Pages

Thursday, May 23, 2019

Efek Gas Air Mata yang Mengintai Kesehatan

Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi 22 Mei menyisakan gangguan pada pengguna jalan. Sejumlah pengguna jalan mengeluhkan efek dari gas air mata yang dilemparkan sepanjang berjalannya aksi sejak Selasa (21/5).

Beberapa di antara mereka memilih menepi dan membasuh mata terlebih dahulu. Penggunaan masker untuk menutup mulut dan hidung juga tak lupa jadi pilihan para pengguna jalan.

Ahli penyakit mata, dr Novia Rahayu mengatakan, gas air mata mengandung chlorobenzylidene melono-nitrile (CS). Bentuknya serupa serbuk yang dimasukkan ke dalam aerosol lalu disemprotkan. "Sehingga terjadi bentukan seperti asap dengan kandungan partikel CS," ujar dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/5).

Gas air mata akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sensasi terbakar, perih, berair, bengkak, hingga kesulitan membuka mata.

Meski dirasa tidak nyaman, zat tidak menimbulkan kerusakan jaringan. Pasalnya, zat merupakan iritan yang tidak bersifat asam. Novia mengatakan, sejauh ini belum ada laporan yang mencatat gangguan fungsi penglihatan akibat gas air mata.

Beberapa orang yang berada dalam jangkauan asap jelas akan merasakan dampak paparan gas air mata. "[Massa aksi] di situ pada 20-60 detik langsung kena efek," kata Novia. Sementara mereka yang berada di wilayah berdekatan dengan jangkauan asap akan mulai merasa perih pada bagian mata selang 10-30 menit kemudian.

Dampak pada Paru-paru

Bagian tubuh lain yang terdampak adalah selaput bening atau membran mukosa, termasuk rongga pernapasan pada hidung dan paru.

Ahli penyakit paru-paru, dr Ceva Wicaksono mengatakan, gas air mata tak memberikan dampak terlalu lama pada paru. "Dia [gas air mata] memang tidak ditargetkan mengganggu pernapasan," kata Ceva saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (23/5).

Beberapa dampak yang terjadi akibat paparan gas air mata di antaranya peradangan dan sesak napas. Sederet dampak ini tak akan berlangsung dalam waktu lama.

Kendati demikian, dampak akan sangat terasa pada orang-orang dengan riwayat penyakit seperti alergi dan asma. "Dampak bisa menetap, asmanya kambuh," kata Ceva.

Dampak ini terjadi akibat lendir yang ada di dalam jaringan membran mukosa. Saat gas masuk ke dalam, lanjut Ceva, daerah itu akan mengering.

"Begitu pula dengan saluran napas, bisa meradang," jelas Ceva.

Atasi dampak akibat paparan gas air mata dengan pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan pernapasan. "Tujuannya untuk menghilangkan efeknya," kata Ceva.

[Gambas:Video CNN] (els/asr)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2X2hcXQ
May 24, 2019 at 02:08AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2X2hcXQ
via IFTTT

No comments:

Post a Comment