"Anak Krakatau tidak benar masuk dalam fase mematikan," kata Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo di kantornya, Jakarta, Kamis (27/12).
Analisa mengenai kondisi Gunung Anak Krakatau usai erupsi diungkapkan ahli vulkanologi asal Amerika Serikat Jess Phoenix. Sejumlah media nasional memuat analisa itu.
Dalam analisanya Jess Phoenix menyebut tsunami yang menerjang bagian barat pulau Jawa pada Sabtu (22/12) disebabkan oleh runtuhnya bagian Anak Krakatau yang memicu longsor bawah laut.
Pergeseran bebatuan diyakini sebagai faktor yang menyebabkan tsunami yang mematikan.Antonius yang karib disapa Purbo menyatakan kondisi Gunung Anak Krakatau tidak seperti yang dijelaskan dalam judul sebuah media berisi analisa Jess Phoenix.
"Tidak seperti itu. Kalau orang naik ke Puncak Krakatau ya mematikan. Judulnya tinggal, konteksnya apa," katanya.
Purbo tak memaparkan lebih lanjut bantahannya terhadap analisa Jess Phoenix. Namun dia menyatakan Badan Geologi sudah melakukan mempertimbangkan berbagai hal sebelum menetapkan status siaga pada Krakatau.Secara umum, kondisi Gunung Anak Krakatau, kata dia, sudah mengalami peningkatan status dari level II waspada ke level III siaga. Peningkatan status itu didasari atas berkembangnya aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Sejak erupsi pada Sabtu 22 Desember lalu, Purbo mengatakan Gunung Anak Krakatau terus mengalami peningkatan sampai kemarin Rabu 26 Desember. Dari situ terdapat perubahan pola letusan dari strombolian menjadi susetryan.
Pertimbangan lain, kata Purbo, munculnya abu vulkanik sejak tadi malam. Untuk mengantisipasi eskalasi lanjutan maka sebagai antisipasi status Gunung Anak Krakatau ditingkatkan ke level siaga dengan radius aman dari kawah sejauh 5 kilometer."Karena tentu saja itu potensi bahaya yang lebih luas dari yang kita nyatakan dalam level waspada," katanya.
Meski demikian Purbo mengatakan lalu lintas di perairan Selat Sunda masih terbilang aman. Tidak ada larangan bagi kapal-kapal untuk melintas di Selat Sunda meski terjadi peningkatan status Gunung Anak Krakatau.
"Kapal laut asal tidak lewat kompleks Krakatau kan tidak apa-apa. Kapal laut itu berlayar antara Pulau Rakata dan Anyer. Saya kira masih oke, lah, aman," kata Purbo. (swo/wis)
http://bit.ly/2EOkiZk
December 27, 2018 at 11:12PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2EOkiZk
via IFTTT
No comments:
Post a Comment