Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan rasio gini juga terjadi di perkotaan, yakni dari 0,401 menjadi 0,391 dan pedesaan dari 0,324 menjadi 0,319.
"Penurunan gini ratio secara nasional terjadi karena ada kenaikan pengeluaran per kapita kelompok bawah dan kelompok menengah lebih cepat dibandingkan kelompok atas," ujarnya di kantor BPS, Selasa (15/1).
Lebih rinci, pertumbuhan pengeluaran per kapita secara nasional pada periode Maret-September 2018 untuk kelompok 40 persen terbawah tumbuh 3,55 persen, kelompok 40 persen menengah naik 3,4 persen, dan 20 persen teratas 1,28 persen.
Sementara di perkotaan, pengeluaran per kapita kelompok 40 persen terbawah tumbuh 4,49 persen, 40 persen menengah naik 3,94 persen, dan 20 persen teratas bertambah 0,56 persen.
Begitu pula bagi penduduk di pedesaan, pengeluaran per kapita 40 persen terbawah naik 2,97 persen, 40 persen menengah 2,04 persen, dan 20 persen teratas 0,33 persen.
Berdasarkan provinsi, BPS mencatat setidaknya ada sembilan provinsi yang memiliki rasio gini di atas nasional. Mulai dari Yogyakarta 0,422, Gorontalo 0,417, dan Jawa Barat 0,405.
Selanjutnya, Papua 0,398, Sulawesi Tenggara 0,392, Papua Barat 0,391, Nusa Tenggara Barat 0,391, DKI Jakarta 0,390, dan Sulawesi Selatan 0,388.
"Provinsi yang tingkat gini ratio-nya paling rendah adalah Bangka Belitung sebesar 0,272," pungkasnya.
(uli/lav)http://bit.ly/2M9injH
January 15, 2019 at 11:06PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2M9injH
via IFTTT
No comments:
Post a Comment