Pages

Friday, May 3, 2019

Dompet Tebal Supir Ojol dan Jeritan Penumpang Usai Tarif Naik

Jakarta, CNN Indonesia -- Dompet Nur Utomo (35) terasa sedikit lebih tebal dari hari-hari biasanya. Pada pukul 18.00 WIB saja, pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai supir ojek online (ojol) di Go-Jek ini sudah mengantongi uang hingga Rp400 ribu.

Sebelum-sebelumnya, ia baru mendapatkan sekitar Rp300 ribu saat adzan Magrib berkumandang. Peningkatannya mungkin tipis, tapi tak menghalangi Nur mengucapkan rasa syukur atas nikmat yang diterima.

Sudah dua hari ini pendapatannya bertambah. Tepatnya, sejak pemerintah memberlakukan kenaikan tarif ojol di lima wilayah pada Rabu (1/5) kemarin.

DKI Jakarta, menjadi salah satu zona yang dipilih pemerintah. Sisanya, yakni Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.

Nur mengatakan tarif jarak jauh kini sebesar Rp2.500 per kilometer (km) dari sebelumnya Rp2.000 per km. Sementara itu, tarif jarak dekat diubah dari sekitar Rp1.700-Rp1.800 per km menjadi Rp2.000 per km.


"Dapat berapanya sebenarnya tergantung tarikan, jarak jauh apa dekat. Kalau rata-rata dulu dicampur jarak dekat dan jauh sekitar Rp350 ribu-Rp400 ribu per hari," cerita Nur kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/5).

Kalau dipukul rata selama satu bulan, penghasilan Nur menyentuh Rp7 juta-Rp8 juta per bulan. Nominal itupun dengan asumsi dirinya memperoleh waktu libur pada Sabtu dan Minggu.

"Kalau sekarang setelah dinaikkan ini mungkin bisa bertambah, sehari bisa saja mungkin jadi Rp450 ribu," kata dia.

Ini artinya, pendapatan Nur dalam sebulan berpeluang melonjak hingga Rp9 juta. Ia mengaku tentu senang bukan kepalang.

"Tapi informasinya dari perusahaan hanya uji coba tiga hari, tidak tahu nanti setelah tiga hari seperti apa. Diteruskan atau tidak," ujar Nur.

Perantau dari Yogyakarta ini bisa dibilang menggantungkan hidupnya 100 persen dari pekerjaan ojek online. Biasanya, ia mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIB dan pulang ke rumah pukul 12.00 WIB untuk beristirahat.


Kemudian, Nur kembali mencari penumpang pukul 13.00 WIB dan pulang larut malam. Biasanya, ia menghabiskan Rp100 ribu untuk makan dan membeli bensin.

Tak hanya itu, ayah satu anak ini juga harus merogoh kocek Rp800 ribu per bulan untuk menyewa sepetak kontrakan di kawasan Menteng Dalam. Belum lagi, cicilan motor sebesar Rp1,3 juta.

"Jadi uang yang didapat tadi semua kotor, bersihnya paling ya di bawah Rp5 juta," tutur Nur.

Beruntung ada istri yang membuka warung di dekat kontrakan, sehingga bisa menambah sedikit penghasilan untuk keluarga. Walau begitu, ia berharap pemerintah tak menurunkan tarif ojol yang saat ini sudah diberlakukan.

"Naiknya kalau dilihat memang sedikit tarif jauh hanya Rp500 per km. Tapi semoga ini tidak diturunkan lagi, karena yang kemarin juga pas-pasan sekali," ucapnya.


Nasib serupa dialami Ramadhan (30). Kenaikannya mungkin tak sebesar Nur yang mencapai Rp100 juta, tapi tetap saja memberikan keuntungan lebih baginya.

Kalau sebelumnya kantong Ramadhan hanya terisi Rp400 juta selama satu hari penuh, pada Rabu (1/5) kemarin ia mendapatkan sampai Rp450 juta.

"Disyukurin saja, tidak banyak-banyak banget," ujar Ramadhan.

Ramadhan biasanya keluar rumah mulai pukul 05.30 WIB atau setelah Shubuh. Lalu, ia beristirahat pukul 14.00 WIB sebelum kembali mencari penumpang sore hari hingga 00.00 WIB.

"Semoga ini bisa terus, jangan diturunin lagi sama perusahaan," terang dia.

[Gambas:Video CNN]

Giliran Penumpang Menjerit

Di tengah kegembiraan supir ojol, timbul suara-suara protes dari masyarakat yang bergantung dengan ojol untuk beraktivitas sehari-hari. Maklum, kenaikan itu membuat konsumen merogoh kocek lebih dalam untuk sekali naik ojol.

Elsa Toruan (26) misalnya, ia harus membayar Rp37.000 untuk pergi dari tempat tinggalnya di kawasan Pasar Minggu ke Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Padahal, biasanya tarif yang dipatok hanya sekitar Rp27.000.

"Sekarang mahalnya terasa sekali. Padahal saya menggunakan ojol untuk pergi-pergi, kerja, nongkrong, dan lain-lain," keluh Elsa.

Agar biaya untuk transportasi tak semakin membengkak, Elsa berencana mengurangi penggunaan ojol. Ia akan mencari alternatif transportasi lain, misalnya kereta rel listrik (KRL) dan busway.


"Kalau buru-buru pakai ojol, itu pun mungkin akan beli-beli poin biar murah," kata Elsa.

Dengan cara itu, karyawan di salah satu perusahaan swasta ini berharap tak perlu menambah alokasi biaya untuk transportasi. Elsa biasanya menganggarkan Rp1,2 juta per bulan untuk transportasi.

"Gimana caranya tetap sebesar itu, tidak mau ditambah. Mungkin akan banyak naik KRL," tegas dia.

Jeritan yang sama diutarakan Grace Olivia Sihombing (24). Kalau sebelumnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar ojol dari rumah ke halte busway hanya Rp8.000, kini naik menembus Rp10.000.

"Kalau kayak begini akan lebih mikir-mikir untuk pakai ojol jarak dekat," ucap Grace.

Kendati begitu, bukan berarti ia akan mengurangi penggunaan ojol secara signifikan. Grace tak bisa memungkiri bahwa dirinya juga sudah bergantung dengan ojol.


"Biasanya naik ojol ini untuk pulang dan pergi kerja, mobilisasi sehari-hari," jelas dia.

Masih sama seperti Elsa, Grace akan lebih banyak memanfaatkan kode promo yang ditawarkan oleh aplikasi ojol agar biaya yang dikeluarkan bisa ditekan. Kemudian, mengecek kembali tarif yang ditawarkan oleh masing-masing aplikasi ojol, Gojek dan Grab.

"Kalau kemarin-kemarin lebih banyak Grab karena lebih murah dan sering kasih kode promo," terang Grace.

Merespons protes masyarakat atas mahalnya tarif ojol sekarang, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku akan melakukan evaluasi berupa survei langsung ke masyarakat untuk mengetahui berapa tarif yang diinginkan pasar.

"Dari awal saya merasa ini ditetapkan karena lebih banyak permintaan pengendara, makanya saya tetapkan dulu di lima kota dan nanti evaluasi," tuturnya.


Evaluasi ini akan dilakukan satu pekan setelah kenaikan tarif ojol diberlakukan Rabu (1/5) kemarin. Artinya, prosesnya kemungkinan dimulai pekan depan.

"Lihat satu minggu lagi ya," pungkas Budi. (aud/lav)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2UZCh3m
May 03, 2019 at 10:07PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2UZCh3m
via IFTTT

No comments:

Post a Comment