Chan merupakan perdana menteri Papua Nugini periode 1980-1982 dan 1994-1997. Pengunduran diri dilakukannya menyusul serangkaian pembelotan politik tingkat tinggi yang mengancam kepemimpinannya.
Seperti diketahui, O'Neill saat ini di bawah tekanan. Tekanan terjadi setelah pemerintahannya menandatangani kesepakatan proyek gas alam cair multi-miliar dolar dengan Total, perusahaan Perancis dan perusahaan AS ExxonMobil.
Keluhan tersebut membuat masyarakat melancarkan mosi tidak percaya kepada pemerintahan O'Neill."Adalah penting bahwa kita menjaga stabilitas dalam jumlah tertentu. Kami telah mendengar seruan itu dan kami telah menyetujui perubahan pemerintahan," kata O'Neill seperti dikutip dari AFP, Minggu (26/5).
Proyek LNG tersebut digadang-gadang akan menggandakan ekspor gas Papua Nugini. Tapi peningkatan ekspor tersebut oleh masyarakat di sana dinilai tidak memberikan manfaat.
Keluhan tersebut membuat masyarakat melancarkan mosi tidak percaya kepada pemerintahan O'Neill."Adalah penting bahwa kita menjaga stabilitas dalam jumlah tertentu. Kami telah mendengar seruan itu dan kami telah menyetujui perubahan pemerintahan," kata O'Neill seperti dikutip dari AFP, Minggu (26/5).
Sementara itu Chan yang diberikan 'tongkat' kepemimpinan Papua Nugini oleh O'Neill mengatakan penyerahan kendali dilakukan untuk memastikan stabilitas negara.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri, Peter O'Neill, atas semua yang telah dilakukannya untuk membawa negara ini (ke tempat itu) hari ini," katanya.
[Gambas:Video CNN]
(AFP/agt)
http://bit.ly/2whkECk
May 26, 2019 at 08:54PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2whkECk
via IFTTT
No comments:
Post a Comment