Pages

Tuesday, May 28, 2019

Rumah-rumah Tanpa 'Pintu' di Tepi Tol Semarang-Batang

Jakarta, CNN Indonesia -- Aminudin (36) berjalan di jalan setapak selebar kurang dari satu meter. Tiba di depan sebuah rumah berdinding bata merah berukuran 8 x 15 meter dia berhenti.

"Ini rumah ibu saya, Seni. Sekarang terhalang tembok tol Semarang-Batang," kata Amin kepada CNNIndonesia.com, Meret lalu.

Pertengahan 2018, Amin beserta ibu dan lima saudaranya harus pindah dari rumah yang ditinggali sejak tahun 1970-an itu. Rumah yang terletak di Desa Rejosari, Ngampel, Kendal, Jawa Tengah itu terdampak pembangunan tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang.

Meski tak masuk dalam daftar lahan yang terkena gusuran, Aminudin mengatakan akses menuju rumah ibunya itu kemudian menjadi terhalang pembangunan tol. Pagar beton setinggi dua meter menutupi jalan satu-satunya menuju ke rumah Seni.

"Depan rumah itu awalnya ada gang, ada jalan. Sebelum ada tol, jalan kira-kira 2,5 meter, motor masuk, sekarang sudah enggak bisa," kata Aminudin.

Kini, akses menuju rumah keluarga Amin hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Di sisi kanan, kiri, serta belakang rumah, terhimpit dengan rumah warga lainnya. Dia mengatakan pernah meminta pengembang proyek untuk membeli lahan milik ibunya, tapi pengembang tak mau.
Aminudin menujukkan rumah orang tuanya yang kini tak punya akses setelah pembangunan dinding pembatas tol Semarang-Batang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Nasib yang sama, kata Amin, juga dirasakan oleh enam rumah warga lainnya. Akses mereka menuju jalan utama Desa Rejosari tertutup oleh pagar pembatas tol sehingga membuat mereka harus pindah.

Namun ada pula warga yang terpaksa bertahan karena memiliki tempat tinggal lain. Karena tidak ada akses, bagi yang punya kendaraan terpaksa dititipkan di rumah kerabat.

Pemasangan pagar itu, kata Amin bermula di pertengahan 2018. Saat itu tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang mulai dibangun. Warga Rejosari sudah setuju desa mereka harus terbelah karena pembangunan tol.

Namun, ternyata ada konsekuensi lain yakni pelebaran ruas tol yang berdampak pada terhalangnya akses jalan untuk warga di sana. Saat itu, jalan di depan rumah mereka sudah mulai diberi pembatas.

"Akses itu mulai tertutup sekitar mulai tahun 2018 saat tol Trans Jawa Semarang-Batang mulai dibangun. Saat itu belum dipagari saat proses pembangunan masih ada pelataran, setelah tol hampir 90 persen lalu dikasih pembatas," ujar Amin.

Warga melayangkan protes dan mengajak pihak pelaksana proyek PT Waskita Karya sebagai anggota Konsorsium bersama Jasa Marga yang menjadi bagian PT Jasa Marga Semarang-Batang, untuk berdiskusi soal pagar pembatas yang menghalangi jalan warga. Amin dan sejumlah warganya menolak keras pembangunan pagar tersebut.

Namun protes tak diindahkan. Pagar pun tetap didirikan meski protes terus dilayangkan.

"Langsung dipasangi tanpa konfirmasi ke warga, dipasang pagar sama pelaksana proyek enggak ada konfirmasi gimana jalan dan akses terhadap rumah yang terdampak," kata Amin.

Ia mengatakan, saat itu perwakilan Jasa Marga dan Waskita Karya menyebut pemasangan pagar dilakukan karena rumah warga berbatasan langsung dengan tol Trans Jawa Semarang-Batang.

Jika tidak dipagari, keberadaan rumah mereka dinilai dapat mengganggu operasional tol yang diresmikan Presiden RI Joko Widodo Desember 2018 itu.

Pihak Waskita dan Jasa Marga, lanjut Amin, pun menjanjikan ganti rugi dan akses jalan pengganti untuk warga yang terdampak. Namun janji tinggal janji.

"Kami cuma minta akses jalan, belum dipenuhi. Tadinya dijanjikan segera dibuatkan tapi ternyata sampai selesai tol, sampai sekarang enggak di-bikinin," ujarnya.

Desa Rejosari berbatasan langsung dengan jalan tol Semarang-Batang sehingga harus dibangun tembok pembatas. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Amin dan warga Desa Rejosari yang lain terus menuntut hak-haknya. Segala upaya telah dilakukan mulai dari protes ke Kantor Jasa Marga Semarang-Batang, bertemu dengan perwakilan Pemerintah Kabupaten Kendal, hingga Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

"Pokoknya sebelum lebaran mau datang ke Jakarta masalah pembayaran pelebaran dan sampai sekarang enggak di-bikinin," kata Amin.

Direktur Utama PT Jasa Marga Semarang-Batang Arie Irianto mengaku belum memiliki solusi pasti dalam menyelesaikan masalah di Desa Rejosari. 

Dia malah melimpahkan ke pada pejabat pembuat komitmen (PPK). Katanya, yang berkewenangan menjawab itu PPK bukan PT JSB.
 
"Di Undang-Undang-nya kita menerima lahan bebas 100 persen, kemudian tugas kami membangun kami tidak ada urusan dengan tanah. Tapi begitu tanahnya Clear and Clean kami baru masuk," kata dia.

Tapi, Arie mengatakan proses pembayaran ganti rugi dan penyelesaian masalah akses di Desa Rejosari akan terus berlanjut, hanya saja perlu menunggu.

Keberadaan Jalan Tol Trans Jawa mengubah wajah Desa Rejosari. Tak hanya keluarga Aminudin. Ada 250 keluarga yang terkena pembebasan lahan tol Semarang-Batang.

Banyak warga kaya mendadak. Rumah-rumah di Desa Rejosari tampak kinclong direnovasi. Beberapa di antaranya bahkan masih dalam proses pembangunan.

Amin membenarkan hal tersebut, rumah-rumah itu baru selesai dibangun setelah tergusur pembangunan tol Trans Jawa ruas Semarang-Batang.

Uang renovasinya berasal dari ganti rugi pembangunan Tol. Tak hanya untuk membangun uang ganti rugi itu digunakan warga untuk pergi umrah hingga membeli kendaraan baru. Tak sedikit juga warga yang menggunakan uang ganti rugi itu untuk membuka usaha baru.

Pembangunan tembok pembatas Tol Semarang-Batang dikeluhkan warga karena menutup akses.(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Kepala Desa Rejosari Qomarudin Abbas menjelaskan jumlah Kepala Keluarga di Desanya berjumlah 900an KK, dan yang mendapat gusuran lahan pada tahap pertama berjumlah 250 KK.

"Desa Rejosari itu memang dari awal semua mendukung. Tapi penambahan pembayaran di Tahap II enggak lancar, sampai sekarang belum dibayar. Apalagi dipasang pagar," katanya.

Qamarudin menambahkan, banyak pekerjaan yang belum diselesaikan oleh pengembang tol Semarang-Batang. Dia bahkan sudah menginventarisasi janji-janji PT Jasa Marga dan Waskita Karya yang tak terealisasi.

"Tolong ini diselesaikan. Dulu, gang-gang yang belum rapih dan buntu dirapikan, pembayarannya dibayar. Rumah yang tadi ada aksesnya tolong dibenahi dulu. Tolonglah kepentingan warga dipenuhi dulu. Setelah selesai monggo mau dipagar, mau gimana juga terserah," katanya.

Qamarudin bahkan meminta, semua pekerjaan seperti pembangunan pagar dihentikan dulu sementara, hingga persoalan semua selesai.
[Gambas:Video CNN] (sah/sur)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2MrJGd5
May 28, 2019 at 10:55PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2MrJGd5
via IFTTT

No comments:

Post a Comment