
Sebelumnya, pesawat Boeing 737 Max mendapat larangan terbang oleh otoritas penerbangan di seluruh dunia sejak Maret lalu akibat dua kecelakaan yang menewaskan hingga 346 penumpang. Salah satunya, kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 pada 29 Oktober 2018 lalu. Penyebab kecelakaan itu dikaitkan dengan sistem keselamatan otomatis.
Dilansir dari CNN.com, Selasa (12/11), Boeing menyampaikan pihaknya menargetkan untuk mendapat sertifikasi pembaruan perangkat lunak kendali penerbangan MAX dari otoritas penerbangan sipil AS (FAA) pada kuartal ini. Berdasarkan pernyataan tersebut kemungkinan seri MAX akan kembali diekspor pada Desember mendatang.
Boeing menyampaikan keputusan tetap berada di pihak FAA. Namun, bulan lalu, FAA menyampaikan hanya akan mencabut larangan terbang setelah memastikan pesawat tersebut aman. Meski diterpa pemberitaan terkait kasus tersebut nyatanya saham Boeing mampu menguat 4,5 persen, kembali ke level terbaiknya sejak Juni 2019.
Kendati dilarang terbang, Boeing tetap memproduksi sekitar 42 jet per bulan. Namun, perusahaan tidak bisa mengirim pesawat tersebut ke konsumen.
Southwest Airlines, maskapai yang memiliki armada Boeing 737 Max paling banyak mendorong kepastian tanggal beroperasinya kembali pesawat tersebut. Larangan terbang tersebut membuat maskapai harus membatalkan sejumlah penerbangan hingga Maret 2020.
[Gambas:Video CNN] (hns/sfr)
https://ift.tt/2O8XI0y
November 13, 2019 at 03:10PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2O8XI0y
via IFTTT
No comments:
Post a Comment