Pages

Sunday, December 2, 2018

WHO: Kasus Campak Meningkat 30 Persen

Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus campak di dunia melonjak hingga 30 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat peningkatan terbesar terjadi di sejumlah negara Eropa seperti Jerman.

Melansir AFP, tren peningkatan kasus campak merupakan fenomena global dengan penyebab yang saling berbeda untuk setiap kawasan.

Di Eropa, para ahli mengatakan bahwa peningkatan kasus campak disebabkan oleh informasi yang salah tentang vaksin.

Direktur Imunisasi, Vaksin, dan Biologis WHO, Martin Friede mengatakan bahwa pegiat medis membuat 'tuduhan' terhadap vaksin tanpa bukti. Hal itu, lanjutnya, secara tidak langsung berdampak pada keputusan orang tua untuk mengimunisasi anak.


Klaim tak berdasar itu kira-kira menyebutkan korelasi antara campak dengan autisme. Klaim itu telah tersebar di media sosial dan menimbulkan gerakan anti-vaksin.

Sementara di Venezuela, peningkatan kasus campak disebabkan oleh krisis politik dan ekonomi yang memicu inflasi besar-besaran. Hal itu berujung dengan ketersediaan vaksin yang terbatas.

Yang lebih mengkhawatirkan, kata Friede, adalah adanya transmisi campak di negara-negara yang sebelumnya jarang terserang wabah campak.

"Ini benar-benar kemunduran untuk kita," tegas Friede.

Beberapa negara seperti Jerman, Rusia, dan Venezuela, sebelumnya telah berhasil mengeliminasi campak.

Berdasarkan pedoman WHO, pencegahan wabah campak membutuhkan 95 persen cakupan dari dosis pertama vaksin.

Namun, kini cakupan vaksin hanya mencapai 85 persen selama beberapa tahun terakhir. Angka itu biasanya terjadi di daerah-daerah berpenghasilan rendah seperti Afrika, yang memiliki tingkat cakupan vaksin sebesar 70 persen pada tahun 2017 lalu.

Campak adalah penyakit menular yang menyebabkan diare berat, radang paru-paru, dan gangguan penglihatan. (asr)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2PdtZlD
December 03, 2018 at 04:26PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2PdtZlD
via IFTTT

No comments:

Post a Comment