Warga Desa Sanca yang semula mayoritas petani, mulai beralih menjadi pedagang dengan modal uang hasil ganti rugi. Banyak pula yang bekerja di rest area yang ada di Tol Cipali.
Data Dampak Operasi Tol Cipali Terhadap Aktivitas Ekonomi di Pantura dan Cipali Tahun 2015 milik Bank Indonesia mencatat terjadi kenaikan jumlah pedagang di wilayah exit tol dan wilayah Pantura sebesar 48 persen pasca tol Trans Jawa ruas Cipali dibuka.
Karim seorang warga Desa Sanca mengakui saat ini banyak warung dibuka oleh warga yang mendapat uang hasil gusuran tanah.
"Beberapa ada yang jadi pedagang, buka warung," katanya.
Sempat diwarnai insiden intimidasi sebelum pembebasan, Karim mengaku pembayaran tanah mertuanya sebesar Rp900 juta tak banyak mengalami kendala berarti.
Pedagang asongan kerap berjualan di kawasan rest area tol Cikopo-Palimanan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
Selain warung, ada beberapa usaha-usaha baru tumbuh yang membuat perekonomian warga desa terangkat. Terlihat beberapa jenis usaha baru seperti rumah makan dan ojek, serta toko.
Kondisi itu, kata Karim, cukup berbeda dibanding dengan sebelum Tol Trans Jawa ruas Cipali ada. Sebelumnya, mayoritas warga Desa Sanca bekerja sebagai petani.
Berkat dibukanya tol di sana, warga juga meraih keuntungan lain yakni kemudahan akses. Dengan keberadaan tol, warga Desa Sanca yang naik bus tidak perlu turun di terminal.
Namun, kata Karim, hal itu tidak bertahan terlalu lama. Rest area tak lagi banyak menyerap warga Desa Sanca. Kebanyakan pegawai di sana justru berasal dari daerah lain. Pengelola rest area, kata Karim memberikan persyaratan yang memberatkan warganya untuk menjadi pegawai di sana.
"Sekarang kan banyak persyaratannya harus ini itu, jadi sebagian tersisihkan orang sini tuh. Kayak persyaratannya harus minimal lulusan SMA sederajat begitulah yang memberatkan," katanya.
Dalam penelitian Dampak Pembangunan Infrastruktur Transportasi Bagi Kesejahteraan Masyarakat karya Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Ina Priamina mencatat Wilayah Jawa Barat bagian Timur memang memiliki kelemahan utama yakni tingkat pendidikan warga di sana.
Di Indramayu saja per Desember 2015 atau enam bulan pasca tol Cipali diresmikan, dari 1.682.022 jiwa 67,28 persen di antaranya sudah tidak sekolah lagi. Mayoritas dari mereka bahkan hanya mendapatkan pendidikan hingga SD. Padahal, dalam penelitian tersebut, pendidikan adalah salah satu penunjang untuk memanfaatkan peluang yang ada dari pembangunan tol Trans Jawa ruas Cipali.
Masalah pendidikan itu pun pada akhirnya mengurung potensi desa Sanca untuk berkembang. Potensi-potensi yang ada akhirnya kurang dimanfaatkan dengan baik.
Tol Cipali jadi salah satu ruas Transjawa yang padat saat mudik lebaran. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)
|
Karim mengetahui betul bahwa berdagang di pinggir jalan tol tidak diperbolehkan. Namun, Karim berdalih, hal tersebut dilakukan warga semata-mata hanya untuk mencari nafkah. Mahalnya uang sewa di rest area juga jadi alasan warga memilih berdagang di pinggir tol.
"Memang sih peraturannya enggak boleh. Cuma kan sopir kan kalau jajan di rest area mahal-mahal. Kalau kopi, asongan dan warung pinggir jalan kan bisa jadi murah," ujarnya.
Mahalnya ongkos sewa rest area diamini oleh Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danang Parikesit.
Ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Danang menyebut masalah sewa mahal itu bisa ditanggulangi apabila pemerintah daerah dapat mengambil alih penguasaan rest area melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Dengan penguasaan rest area sepenuhnya oleh Pemda, harga sewa akan bisa ditekan. Alhasil, masalah warga yang ingin berusaha di rest area karena harga mahal bisa berkurang.
"Kalau pemda mau, badan usaha, dia juga bisa mendorong investasi di rest area," kata Danang.
[Gambas:Video CNN] (sah/sur)
http://bit.ly/2VWiqCS
May 28, 2019 at 10:24PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2VWiqCS
via IFTTT
No comments:
Post a Comment