Ia mengaku banyak perubahan yang terjadi usai tiga gerbang tol dibuka di sana. Hampir setiap harinya pendatang dari berbagai daerah ramai mengunjungi rumah makan yang terletak di Jalan Pagongan Nomor 15B, Kota Cirebon, Jawa Barat itu.
"Alhamdulillah lebih ramai, apalagi Sabtu Minggu," ujar pria yang sudah bekerja 25 tahun sebagai pelayan itu.
Cerita Suharto merupakan potret kecil dampak positif dari tol Trans Jawa. Sejak ruas tol ini beroperasi 13 Juni 2015, Cirebon menjadi salah satu tujuan masyarakat untuk berlibur. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (BPPPPD) Kota Cirebon Arif Kurniawan bercerita berkah Trans Jawa itu terlihat dari jumlah wisatawan yang singgah.
"Jumlah wisatawan mencapai 300-500 ribu per tahun. Setelah ada jalan tol, jadi dua kali lipatnya 800 hingga satu juta wisatawan," ucap Arif kepada CNNIndonesia.com, Rabu (20/3).
Kepala BPPPPD Kota Cirebon Arif Kurniawan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
|
Peningkatan jumlah turis ke sana berbanding lurus dengan kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kota yang berada di timur provinsi Jawa Barat itu. Terlihat dari setoran pajak rumah makan, restoran, dan hotel di sana yang melonjak hingga dua kali lipat.
Sebelum 2015, setoran pajak restoran pajak kota Cirebon hanya berkisar antara Rp12-15 miliar per tahunnya. Namun pasca pembukaan tol Cipali, jumlah naik hingga Rp24 miliar per tahun.
"Itu berkat pengunjung yang lewat jalan tol itu," kata Arif.
Berkah yang dirasakan kota Cirebon itu terpotret dalam penelitian Dampak Pembangunan Infrastruktur Transportasi Bagi Kesejahteraan Masyarakat karya Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran.
Meroketnya jumlah pelancong karena jalan tol juga berdampak pada bertambahnya jumlah restoran. Bank Indonesia, dalam Data Dampak Operasi Tol Cipali Terhadap Aktivitas Ekonomi di Pantura dan Cipali Tahun 2015 mencatat wilayah yang berlokasi di exit tol seperti Cirebon mengalami pertumbuhan jumlah restoran. Angkanya cukup signifikan hingga 38 persen.
Pertumbuhan jumlah restoran itu praktis berimplikasi pada peningkatan setoran pajak dan pendapatan asli daerah, seperti yang terjadi di Cirebon.
Meski banyak memberikan keuntungan, terdapat sejumlah masalah yang menanti kota Cirebon akibat pembangunan tol Trans Jawa. Arif menuturkan hal yang paling terasa adalah masalah sampah.
Para pelancong itu berkontribusi besar terhadap peningkatan volume sampah. Meningkatnya jumlah sampah itu, ucap Arif, tidak diimbangi dengan daya angkut. Setidaknya setiap hari kota Cirebon menghasilkan 600 meter kubik per harinya dengan daya angkut 550 meter kubik per hari.
Bertambahnya jumlah pengunjung juga menyebabkan peningkatan jumlah kendaraan di Cirebon. Kemacetan pun menjadi masalah kedua karena banyaknya pengunjung. Aktivitas itu, kata Arif, paling terasa saat akhir pekan.
Keberadaan jalan tol juga berdampak buruk bagi para bisnis perhotelan Lama waktu menginap dan tingkat okupansi hotel-hotel di Cirebon berkurang. Menurut Arif hal itu lantaran waktu tempuh yang cukup singkat setelah ada tol Cipali.
Tol Cikopo-Palimanan. (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
|
Sebelum ada tol misalnya waktu tempuh Jakarta-Cirebon mencapai enam jam. Waktu tempu itu praktis terpangkas hingga setengahnya saat Tol Cipali diresmikan yakni hanya tinggal tiga jam. Hal itu pun mengubah pola kunjungan wisatawan ke sana.
"Setelah ada tol, orang yang datang ke Cirebon, rata-rata melakukan one day trip. Jadi length of stay (waktu menginap) di hotel itu kebanyakan sehari," tutur Arif.
Peningkatan jumlah hotel ini juga ditengarai menjadi biang keladi dari stagnansi tingkat okupansi dan pengurangan lama waktu menginap. Pada 2018 misalnya tingkat okupansi hotel di Cirebon hanya tumbuh sebesar satu persen.
"Itu juga yang jadi sisi negatifnya, orang mungkin sehari ingin ke Cirebon, makan langsung balik lagi," kata Arif.
[Gambas:Video CNN] (ugo/sur)
http://bit.ly/2Qwf9Jh
May 28, 2019 at 11:29PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Qwf9Jh
via IFTTT
No comments:
Post a Comment