Pages

Tuesday, September 3, 2019

WNI Pengantin Pesanan Dipulangkan Sampai Malaysia Kekeringan

Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah peristiwa terjadi di berbagai belahan dunia pada Selasa (3/9) kemarin. Mulai dari belasan WNI korban 'pengantin pesanan' dipulangkan sampai kekeringan di Malaysia. Semua dirangkum CNNIndonesia.com dalam kilas internasional.

1. 14 WNI Korban Pengantin Pesanan di China Dipulangkan

Sebanyak 14 perempuan Indonesia korban kasus pengantin pesanan di China berhasil dipulangkan ke Indonesia pada Selasa (3/9).

Kementerian Luar Negeri RI menuturkan belasan WNI itu berasal dari Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Mereka dipulangkan melalui pendampingan Kedutaan Besar RI di Beijing.

Kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO) berkedok perjodohan marak terjadi belakangan. Sejak Januari-Juli 2019, tercatat ada 32 kasus pengantin pesanan yang ditangani Kemlu RI.

Puluhan perempuan itu dijodohkan dengan pria Tiongkok dengan iming-iming kesejahteraan yang terjamin. Namun, dalam beberapa kasus, uang yang diberikan agen tidak sesuai dengan perjanjian awal dengan alasan biaya administrasi dan logistik lainnya.

Selepas dipersunting dan dibawa ke China, para perempuan itu juga malah dipekerjakan sebagai buruh dan kerap disiksa.

2. Aksi Solidaritas, Mahasiswa Hong Kong Mogok Kuliah 2 Pekan

Ribuan mahasiswa Hong Kong menggelar aksi mogok kuliah selama dua pekan sejak Senin (2/9) kemarin. Hal itu dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap demonstrasi yang kini memasuki bulan keempat.

Dilansir dari AFP, Selasa (3/9), banyak mahasiswa memilih melewatkan kegiatan belajar pada hari pertama masuk setelah libur musim panas dan berkumpul di pusat kota.

[Gambas:Video CNN]

Ribuan pelajar juga turut serta dalam boikot tersebut dengan membuat rantai manusia di depan berbagai sekolah.

Tidak hanya para pelajar, sejumlah tenaga medis seperti perawat turut melakukan aksi solidaritas. Mereka melakukannya di tempat kerja, dengan membawa spanduk pro-demokrasi kemudian berbaris di koridor rumah sakit sebagai bentuk dukungan.

3. Pemimpin Hong Kong Terpikir untuk Mundur demi Redam Gejolak

Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, menyatakan terpikir untuk mengundurkan diri jika dianggap keputusan itu adalah yang terbaik untuk mengakhiri demonstrasi yang terjadi selama tiga bulan belakangan. Dia juga mengaku merasa bersalah karena telah memantik kekacauan di kalangan rakyat yang dipimpinnya.

"Jika saya punya pilihan, hal pertama yang saya lakukan adalah mengundurkan diri, dan menyampaikan permohonan maaf sedalam-dalamnya," kata Lam dalam rekaman pada rapat tertutup, seperti dilansir Reuters, Selasa (3/9).

[Gambas:Video CNN]

Lam juga mengeluh gejolak yang terjadi di Hong Kong sangat mempengaruhi kehidupan pribadinya. Dia juga menyatakan sangat sedih tidak bisa menawarkan solusi untuk meredakan ketegangan itu.

"Saat ini sangat sulit bagi saya untuk keluar rumah. Saya tidak pernah berjalan kaki, atau belanja di mal, tidak bisa pergi ke salon. Saya tidak bisa ke mana-mana karena keberadaan saya akan cepat tersebar di media sosial," ujar Lam.

4. Kekeringan, Malaysia Patok Jatah Air untuk 150 Ribu Warga

Pemerintah Malaysia terpaksa menjatah aliran air bagi sekitar 150 warga di Johor karena saat ini Negeri Jiran sedang dilanda kekeringan.

Komisi Layanan Air Nasional (SPAN) menyatakan bahwa perusahaan penyedia air negara, Rainhill SAJ, harus melakukan penjatahan ini karena Malaysia sedang dilanda cuaca panas dan kekurangan hujan selama dua pekan belakangan.

Skema penjatahan ini akan berlaku selama satu bulan. Selama skema berlaku, SPAN akan mengalirkan air selama 36 jam. Setelah itu, aliran air akan diputus dalam 36 jam selanjutnya.

Keputusan ini diambil setelah pada akhir pekan lalu, Jimmy Puah Wee Tse selaku Ketua Komite Utilitas, Investasi, dan Perdagangan Internasional Johor mengatakan bahwa ketinggian air di bendungan Machap mencapai 14,45 meter, di bawah titik kritis yaitu 14,84 meter. (ayp/ayp)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2MU4rx7
September 04, 2019 at 03:05PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2MU4rx7
via IFTTT

No comments:

Post a Comment